Baliview
Buleleng Arahkan TJSL Perusahaan untuk Penanganan Stunting
Buleleng, Balinesia.id – Penanganan stunting di Buleleng melalui pemberian gizi terbaik diharapkan dapat dilakukan secara sinergis antarkomponen. Salah satunya peran perusahaan melalui program pemberian tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL).
Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng yang juga Wakil Ketua Tim Penanganan Stunting Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, TJSL yang dimiliki perusahaan bisa diarahkan untuk mendukung pemberian gizi bagi anak yang terkena stunting. Skema model ini dapat dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Buleleng sebagai koordinator TJSL dengan cara mendata perusahaan potensial.
“Misal perusahaan ini bantu apa, jumlahnya berapa, di mana. Jadi, semuanya by address, by name, by case, spesifik. Bisa beras bergizi, susu bergizi, daging berkualitas tinggi,” katanya ketika membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting Tingkat Kabupaten Buleleng Semester I tahun 2022, di Wantilan Praja Winangun Kantor Bupati Buleleng, Selasa, 6 September 2022.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/16-proyek-strategis-nasional-senilai-rp-101-2-triliun-ditargetkan-tuntas-akhir-2022
- https://balinesia.id/read/buleleng-berupaya-tekan-prevalensi-stunting
- https://balinesia.id/read/edukasi-masalah-kependudukan-kampanye-penurunan-stunting-di-sinabun-gandeng-mahasiswa-kkn
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pola pengentasan stunting sedemikian rupa harus disokong oleh data yang baik. Data kasus stunting haruslah lengkap, misalnya tentang pemetaan sebaran penyandang stunting. Daerah-daerah yang terkonfirmasi memiliki angka stunting yang tinggi kemudian direspons dengan memberi perhatian dan dicarikan solusinya. “Data yang kuat merupakan hal yang harus dimiliki untuk menurunkan angka stunting. Diseminasi audit juga sangat penting dilakukan,” katanya.
Suyasa berharap dengan pola demikian bayi dan balita stunting di Kabupaten Buleleng gizinya bisa tercukupi dengan baik. Pemberian asupan gizi kepada anak stunting harus lebih baik daripada yang didapatkan orang normal pada umumnya. Sebab, menurutnya asupan untuk bayi atau balita stunting yang diberikan tidak sama dengan yang diperuntukkan untuk anak normal.
“Jika gizi yang diberikan tidak memiliki kualitas lebih tinggi, maka kekurangan gizi pada anak stunting tidak bisa didongkrak dengan cepat.Padahal, untuk orang stunting tidak boleh lewat dari 1000 hari. Kalau lewat sudah tidak bisa dibantu, mestinya dalam 1000 hari kita sasar dengan kualitas yang lebih baik,” kata dia.
Suyasa optimistis angka prevalensi stunting di Kabupaten Buleleng bisa terus ditekan. Menurut data pada tahun 2019 angka prevalensi stunting di Buleleng adalah 22,05 persen dan turun hingga 8,9 persen per Juli 2022. Meskipun telah berada di bawah target nasional sebesar 14 persen pada 2024, upaya menurunkan angka stunting harus terus masif dilakukan.
“Bisa menurunkan angka lebih dari 10 persen dalam 2 tahun ini hebat. Mestinya kita tahun depan bisa turun sekitar 5 persen lagi. Jangan sampai karena sudah mencapai target nasional jadi stagnan,” harapnya. jpd