Belajar dari Pandemi, Bali Perkuat Sektor Pertanian hingga Kerajinan

Cok Ace (tengah) ketika menjadi narasumber dalam seminar internasional “Re-Inventing Indonesian Health, Wellness & Tourism Industry: How to Learn from The Past, Live in The Present, and Prepare for The Future”. (Balinesia.id/ist)

Denpasar, Balinesia.id – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak awal 2020 memberi pelajaran berharga terhadap tata kelola ekonomi Bali. Pandemi Covid-19 membuktikan rapuhnya pariwisata Bali, sehingga Bali harus memperhatikan sektor alternatif untuk menggerakkan ekonomi.

Terkait hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali telah melirik penguatan sejumlah sektor. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menjelaskan pihaknya telah menguatkan potensi sumber daya lokal alam, krama (masyarakat), dan kebudayaan Bali.

“Belajar dari pandemi, Bali tidak bisa terlalu mengandalkan pariwisata sebagai roda utama penggerak ekonomi. Dilihat dari sebelum pandemi, PDRB (produk domestik regional bruto, red) Bali 54 persen berasal dari sektor pariwisata, dan begitu ada Covid-19, ekonomi Bali sangat terpuruk,” kata Cok Ace dalam seminar internasional “Re-Inventing Indonesian Health, Wellness & Tourism Industry: How to Learn from The Past, Live in The Present, and Prepare for The Future” yang diselenggarakan Pusat Studi Kesehatan Pariwisata (PSKP) UNISAH yang berkolaborasi dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) S2 UNS di Hotel Patra Badung, Sabtu, 24 September 2022.

Baca Juga:

Untuk itu, lanjut Ketua PHRI Bali ini, dalam periode Bali Era Baru ini Pemprov Bali melakukan beberapa cara manuver penggerak ekonomi Bali. “Salah satunya adalah penguatan potensi sumber daya lokal alam, krama, dan kebudayaan Bali, yang diwariskan merupakan potensi dan kekuatan yang besar untuk membangun perekonomian Bali berbasis sumber daya lokal melalui sektor pertanian, kelautan dan perikanan, serta industri kerajinan rakyat berbasis budaya yang didukung oleh pariwisata. Perkembangan pariwisata telah mendorong krama Bali semakin meninggalkan potensi sumber daya lokal,” kata dia.

Menurutnya, perjalanan panjang pariwisata Bali dengan berbagai kejadian gangguan keamanan, bencana alam, bencana bukan alam, serta pandemi Covid-19 sesungguhnya cukup memberikan pembelajaran tentang betapa rentannya gejolak perekonomian Bali yang hanya bertumpu pada pariwisata. “Untuk itu perlu dilakukan pengembangan sektor unggulan, seperti sektor pertanian dalam arti luas termasuk peternakan dan perkebunan, sektor kelautan dan perikanan sektor industri, sektor IKM, UMKM, dan koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital sektor pariwisata. Dan, pengembangan infrastruktur pendukung, hal tersebut dituangkan dalam Ekonomi Kerthi Bali,” kata dia.

Cok Ace menambahkan, ke depan Bali juga perlu diperhatikan keseimbangan antarwilayah. Selama ini, ketimpangan antarwilayah dinilai sangat tinggi, misalnya sektor pariwisata hanya dominan di Bali wilayah selatan. Terhadap fenomena yang terlihat, Cok Ace pun merumuskan konsep Padma Bhuwana dalam strategi membangun Bali.

“Konsep Padma Bhuwana memprioritaskan pembangunan di setiap wilayah kabupaten/kota harus didasari karakteristik geografis, demografis, serta potensi sumber daya dominan. Optimalisasi seluruh potensi tersebut haruslah didasari karakteristik dan fungsi setiap Dewata Nawasangha yang menaungi wilayah tersebut, sehingga terbangun taksu yang meniscayakan semua potensi berkembang maksimal,” kata penulis buku Padmabhuwana Bali ini. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories