Feature
Begini Cara Kerja Virus COVID-19 Serang Manusia yang Kini Kembali Merebak
JAKARTA - Dalam satu pekan terakhir, Singapura mengalami peningkatan tajam kasus COVID-19. Data dari Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menunjukkan bahwa jumlah kasus mingguan melonjak dari 11.100 menjadi 14.200 kasus dalam periode 27 April hingga 3 Mei 2025.
Kenaikan ini diyakini dipicu oleh menurunnya kekebalan populasi serta dominasi varian baru virus corona yang lebih mudah menular. Di balik angka-angka tersebut, ada mekanisme biologis kompleks yang membuat virus ini tetap berbahaya, bahkan setelah bertahun-tahun pandemi berlangsung.
Bagaimana sebenarnya virus corona bekerja saat menyerang tubuh manusia?
- Disebut Korupsi Sritex, Ini Sumber Kekayaan Iwan Setiawan Lukminto
- Kenali Padel, Olahraga Mirip Tenis yang Sedang Tren
- Transaksi Judi Online Mencapai Rp6,2 Triliun, Didominasi Orang Miskin
Cara Kerja Virus COVID-19 Serang Manusia
Virus corona, atau SARS-CoV-2, memasuki tubuh melalui saluran pernapasan, terutama lewat hidung dan mulut. Partikel virus ini menumpang pada droplet atau percikan kecil dari batuk, bersin, hingga percakapan sehari-hari.
Setelah masuk ke tubuh, virus menargetkan sel-sel yang memiliki reseptor ACE2, yang banyak ditemukan di hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Dengan menggunakan protein spike di permukaannya, virus menempel pada reseptor ini lalu menyusup ke dalam sel.
Begitu berada di dalam, virus bertindak seperti peretas, mengambil alih "mesin produksi" sel inang untuk menggandakan dirinya. Ribuan salinan virus baru diproduksi, menghancurkan sel inang, dan menyebar ke sel-sel lain di sekitarnya.
- Dari Lapas hingga Sitaan Korupsi, Pemerintah Cari Lahan untuk 3 Juta Rumah
- Profil Ben & Jerry’s yang Pendirinya Ditangkap karena Protes Serangan Gaza
- COVID-19 di Singapura Naik Jadi 14 Ribu Kasus, Varian Baru Dominasi
Tubuh tidak tinggal diam, sistem kekebalan mulai mendeteksi ancaman dan melawan, memunculkan gejala seperti demam, batuk, dan nyeri. Namun dalam beberapa kasus, respons imun ini menjadi terlalu agresif.
Tubuh melepaskan zat-zat peradangan dalam jumlah besar, fenomena yang dikenal sebagai badai sitokin. Alih-alih hanya menyerang virus, respons berlebihan ini juga merusak jaringan tubuh sendiri.
Paru-paru sering kali menjadi medan tempur utama. Cairan bisa menumpuk, membuat pertukaran oksigen terganggu, hingga menimbulkan kondisi serius seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pasien dengan gejala berat kerap membutuhkan ventilator untuk bernapas.
Tak berhenti di paru-paru, virus juga bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung, ginjal, otak, hingga sistem pembuluh darah. Akibatnya, komplikasi berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, stroke, hingga gangguan saraf bisa terjadi.
- Dari Lapas hingga Sitaan Korupsi, Pemerintah Cari Lahan untuk 3 Juta Rumah
- Profil Ben & Jerry’s yang Pendirinya Ditangkap karena Protes Serangan Gaza
- COVID-19 di Singapura Naik Jadi 14 Ribu Kasus, Varian Baru Dominasi
Namun, tidak semua orang mengalami kondisi berat. Banyak penderita hanya mengalami gejala ringan dan pulih sepenuhnya. Tapi bagi kelompok rentan, terutama lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes atau hipertensi, COVID-19 tetap menjadi ancaman nyata.
Lonjakan kasus di Singapura menjadi pengingat bahwa pandemi belum sepenuhnya berakhir. Kekebalan terhadap virus bisa menurun seiring waktu, terutama jika cakupan vaksinasi booster rendah dan varian baru terus bermunculan.
Memahami bagaimana virus bekerja di dalam tubuh adalah langkah penting dalam mencegah dan menangani penyebarannya. Karena dalam tubuh yang tampak sehat, bisa jadi sedang berlangsung pertempuran biologis yang menentukan antara hidup dan mati.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 16 May 2025