Bagaimana Nasib Baterai Kendaraan Listrik Bekas? Ini Penjelasannya

Bagaimana Nasib Baterai Kendaraan Listrik Bekas? Ini Penjelasannya (Trenasia)

JAKARTA  - Euforia pemerintah dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik baik mobil maupun motor hingga kini mengundang pro kontra. 

Meski begitu, bicara soal kendaraan listrik tentunya tak bisa lepas dari sumber energinya yakni baterai. Bahkan, karena sangat pentingnya peran baterai, harga sebuah kendaraan listrik bergantung pada kualitas dan kapasitas baterai yang ditawarkan.

Namun kabarnya baterai dari kendaraan listrik sendiri sebenarnya hanya mampu bertahan hingga 10 tahun.  Dengan kata lain performa-nya yang akan menurun drastis, sehingga dianjurkan untuk diganti. 

Lalu bagaimana nasib baterai bekas kendaraan listrik yang sudah tidak terpakai?

Melansir The Science, Jumat 23 Februari 2024, para ilmuwan berupaya memastikan baterai kendaraan listrik (EV) yang dijual saat ini dapat didaur ulang pada 2030.  

Metode Daur Ulang Baterai EV

Untuk diketahui, baterai EV hadir dalam banyak desain, tetapi umumnya memiliki komponen yang sama. Saat ini, ada dua metode daur ulang yang dikenal sebagai pirometalurgi dan hidrometalurgi. 

Metode mirometalurgi, di mana pendaur ulang pertama-tama merobek sel secara mekanis dan kemudian membakarnya, meninggalkan plastik, logam, dan lem yang hangus.

Atau dengan kata lain memperlakukan baterai kendraaan listrik seperti bijih mineral yang diekstrak dan dipisahakan dari seluruh komponen perakitnya.

Kekurangan metode Pyrometalurgi, misalnya, tidak mengharuskan pendaur ulang mengetahui desain atau komposisi baterai, atau bahkan apakah baterai sudah benar-benar habis, agar dapat melanjutkan daur ulang dengan aman. Metode ini juga diklaim boros energi.

Sebaliknya, metode hidrometalurgi melibatkan pencelupan bahan baterai ke dalam kolam asam, menghasilkan cairan yang mengandung logam. Terkadang kedua metode tersebut digabungkan.

Di sisi lain kekurangan metode hidrometalurgi dapat mengekstraksi bahan yang tidak mudah diperoleh melalui pembakaran, namun dapat melibatkan bahan kimia yang menimbulkan risiko kesehatan karena buangan asapnya.

Dengan kata lain, metode pyrometalurgi membakar baterai bekas menjadi ampas atau terak, dan hidrometalurgi melarutkannya dalam asam. Keduanya bertujuan untuk mengekstraksi bahan katoda. 

Yang ideal adalah daur ulang langsung, yang akan memulihkan katoda secara utuh. Namun agar daur ulang dapat dilakukan, biayanya harus bersaing dengan bahan-bahan yang di tambang.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 23 Feb 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories