Asal Usul Mitos Penggunaan 10 Persen Otak Manusia

Mitos Penggunaan 10 Persen Otak Manusia

JAKARTA - Dalam beberapa dekade terakhir, muncul mitos bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen otaknya. Anda tentu juga tidak asing dengan anggapan tersebut.

Pendapat ini telah menjadi bagian dari imajinasi populer, serta diadopsi menjadi bagian dalam film-film Hollywood yang menampilkan kemampuan luar biasa manusia ketika "membangunkan" 90 persen otak yang seharusnya tidak aktif. 

Dilansir dari Ensiklopedia Britanica, Jumat, 2 Februari 2024, Penelitian ilmiah dan teknologi pencitraan otak menunjukkan bahwa mitos ini tidak memiliki dasar ilmiah, sehingga dapat digolongkan sebagai asumsi belaka.

Dalam sebuah survei, 65 persen responden setuju dengan pernyataan bahwa "Orang hanya menggunakan 10 persen otaknya setiap hari." Namun, fakta ilmiah membantah klaim ini. Teknik pencitraan otak seperti PET dan fMRI telah memungkinkan para ilmuwan melihat aktivitas otak secara real-time, membuktikan bahwa lebih dari 10 persen otak digunakan untuk berbagai tugas, dari yang sederhana hingga kompleks.

Asal-usul Mitos 

Asal-usul mitos ini tampaknya berasal dari penafsiran keliru terhadap sejarah atau pengaruh tokoh tertentu seperti psikolog abad ke-19, William James. Meskipun James menyatakan bahwa sebagian besar potensi otak belum dimanfaatkan, ia tidak pernah menyebutkan persentasenya. Tokoh seperti Albert Einstein juga disebut-sebut sebagai sumber mitos ini, meskipun klaim tersebut tidak benar.

Meskipun mitos mengenai penggunaan 10 persen otak telah terbukti tidak benar, berita baiknya adalah manusia tetap memiliki potensi untuk mengembangkan kekuatan otak mereka. 

Terdapat berbagai aktifitas yang dapat membantu meningkatkan kapasitas otak, seperti memainkan alat musik, menghitung deret aritmatika, atau membaca novel secara teratur.

Meskipun mitos 10 persen otak telah memikat imajinasi kita, realitasnya adalah manusia menggunakan otaknya secara penuh dalam berbagai aktivitas sehari-hari.

Dengan mengetahui fakta ini, kita dapat lebih bijak dalam mengembangkan potensi otak kita melalui kerja keras dan tantangan mental. Aktivitas seperti memainkan alat musik dapat merangsang berbagai bagian otak, sementara menghitung deret aritmatika memperkuat kemampuan kognitif.

Membaca novel secara teratur juga dapat menjadi latihan otak yang efektif, memperluas pemahaman dan meningkatkan daya kreativitas. Dengan menghadapi tugas-tugas mental yang menantang, kita dapat membentuk koneksi baru di otak, meningkatkan daya ingat, dan memperbaiki kemampuan pemecahan masalah. 

Oleh karena itu, daripada terperangkap dalam mitos yang tidak benar, kita sebaiknya fokus pada upaya nyata untuk memaksimalkan potensi otak melalui aktivitas yang bermanfaat dan mendukung pertumbuhan intelektual.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 04 Feb 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories