Ari Dwipayana: Solidaritas dan Kolaborasi Atasi Permasalahan Lingkungan

Ari Dwipayana memberikan kuliah umum di Universitas Dwijendra. (Balinesia.id/istimewa)

Denpasar, Balinesia.id - Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana menilai perlu ada solidaritas dan kolaborasi dalam menangani persoalan lingkungan. Hal itu dinyatakannya ketika hadir dalam kuliah umum di Universitas Dwijendra Denpasar, Senin 14 Maret 2021.

Dalam kegiatan bertema "Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara: Air Sumber Kehidupan dan Penyembuh Peradaban" itu, tokoh Puri Kauhan Ubud ini mengawali paparannya dengan mengingatkan civitas akademika tentang tokoh suci yang banyak menyumbangkan pemikirannya untuk Bali, yakni Danghyang Dwijendra. Sebab, tokoh tersebut juga menjadi nama dari Universitas Dwijendra.

Ia menerangkan masalah perubahan iklim yang terjadi secara global, dan ancaman pemasalahn lingkungan yang terjadi di Bali mulai dari deforestasi, krisis air, banjir, ancaman pencemaran Catur Danu, sampai dengan munculnya konflik karena perebutan lahan dan air.

Baca Juga

Menurutnya ada empat level upaya untuk menjaga tanah dan memuliakan air,  Pertama, di level negara perlu menyusun kebijakan yang inklusif dan mendukung keberlanjutan lingkungan, dengan pemimpin yang harus betul-betul “pasaja" atau bersungguh-sungguh dalam menjaga alam Bali. “Kedua, di level komunitas melalui penerapan awig-awig dan perarem yang menjaga lingkungan hidup, dengan Tri Hita Karana yang tidak hanya menjadi slogan kebanggaan tapi bisa diwujudkan dengan tindakan nyata berupa mempertahankan dan memperluas  Alas Kekeran,” katanya dalam kuliah umum yang dipandu langsung Rektor Universitas Dwijendra Dr. IR Gede Sedana.

Ketiga, di level keluarga dan sekolah dengan strategi literasi dan edukasi, berupa memberikan pemahaman kearifan ekologis yang harus masuk dalam kurikulum sekolah dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Sedangkan, keempat yaitu melalui strategi pengembangan ekonomi konservasi, ekonomi hijau. Dengan menyeimbangkan antara aspek konservasi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Dari keempat levet tersebut yang terpenting juga adalah diperlukan semangat solidaritas dan kolaborasi semua piahak  “Untuk menyembuhkan alam dan peradaban, perlu strategi nguriping toya, nguriping pertiwi,” tegas Ari. 

Pernyataan itu pun didukung oleh Ketua Yayasan Dwijendra, Dr I Ketut Wirawan, S.H., M. Hum. Pihaknya turut mengingatkan kewajiban masyarakat untuk ikut melakukan konservasi dan menjaga kesucian air dan tanah.

“Tanah dan air sangat penting bagi kehidupan, sebagaimana yang ditunjukkan Presiden RI, Joko Widodo yang mengumpulkan tanah dan air dari seluruh Indonesia di calon ibu kota negara di Kalimantan Timur,” katanya. oka/jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories