Budaya
Antara Pikiran dan Rasa: Menemukan Kebenaran Personal dalam Goresan Handi Yasa
DENPASAR - Di pojok ruang yang tenang di Sudakara ArtSpace Sudamala Resort, Sanur seniman Nyoman Handi Yasa mempersembahkan pameran tunggalnya, sebuah ziarah visual bertajuk "Cycles & Journeys".
Eksibisi ini dibuka dengan sebuah orasi budaya yang menyentuh oleh Alexander Ketjil Kosasie. Ia mengajak para hadirin untuk menanggalkan sejenak logika yang bising dan mulai "mendengar" melalui mata.
Bagi Alexander, apa yang disuguhkan Handi Yasa bukanlah sekadar hiasan dinding. Ia menyebut lukisan sebagai bahasa purba manusia—sebuah kejujuran yang tetap tegak meski zaman terus berganti.
- Cara Baca Laporan Keuangan Buat Anda Pemula Investor Saham
- 7 Cara Terbaik Beli iPhone Bekas Berkualitas Tanpa Tertipu
- Sering Dikira Sama, Ini Beda Sinterklas dan Santa Claus
Melalui bahasa visual yang terdiri dari jalinan garis yang rumit dan tekstur yang dalam, pameran ini menjadi cermin bagi siapa saja yang memandangnya.
"Ini adalah sebuah persetubuhan antara pikiran yang tajam, rasa yang peka, dan pengalaman hidup yang telah matang melalui proses kreatif yang panjang," ungkap Alexander dalam narasi pembukaannya.
Setiap lukisan dalam Cycles & Journeys berdiri sebagai saksi bisu atas dua sisi mata uang kehidupan: baik dan buruk rupa. Namun, uniknya, Handi Yasa tidak datang sebagai hakim yang mendikte benar dan salah.
- UNBI Sulap Budaya K3 Jadi Napas Baru di Lingkungan Kampus
- Resmi Dibuka, Bioskop Cinema XXI Pertama di Tuban Siap Dongkrak Ekonomi Daerah
- Kedubes AS di Jakarta Buka 40 Lowongan Kerja Lulusan SD, Catat Syarat dan Cara Daftarnya!
Dialog, Bukan Doktrin: Karya-karya ini hadir untuk memantik diskusi batin.
Renungan Personal: Penikmat seni diajak untuk menemukan serpihan cerita mereka sendiri di dalam sapuan kuas sang seniman.
Refleksi Sosial: Setiap bidang warna menyembunyikan pertanyaan-pertanyaan besar tentang arah peradaban kita saat ini.
Alexander Ketjil Kosasie menutup prosesi pembukaan dengan sebuah harapan yang menggema di ruang galeri. Ia berharap pameran ini menjadi lebih dari sekadar seremoni; ia ingin ini menjadi manfaat nyata—sebuah titik henti sejenak (oase) bagi jiwa-jiwa yang haus akan kedalaman makna di tengah hiruk-pikuk dunia modern.
Cycles & Journeys bukan sekadar pameran tentang perjalanan seorang Nyoman Handi Yasa, melainkan sebuah undangan bagi kita semua untuk kembali melihat ke dalam diri, mengenali siklus hidup kita sendiri, dan merayakan setiap perjalanannya. ***
