Adopsi Blockchain di Indonesia Terhambat Minimnya Literasi Masyarakat

Jakarta, Balinesia.id -  Salah satu hambatan adopsi blockchain di Indonesia adalah literasi masyarakat yang masih terbilang minim.

"Sebagian besar masyarakat masih menyempitkan makna blockchain sebagai aset kripto meski keduanya memang memiliki keterkaitan," ujar Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda dalam keterangan tertulis Senin (14/3/2022) .

Karenanya, agar blockchain ini bisa lebih memberikan manfaat bagi masyarakat, peningkatan literasi menjadi suatu hal yang harus diupayakan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Kata Teguh Kurniawan Harmanda, peningkatan SDM pada giirannya dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih luas dan masif.

Seiring dengan meningkatnya pamor aset kripto, Manda pun melihat semakin banyak orang yang ingin terlibat lebih jauh dalam pekerjaan di bidang blockchain yang bahkan mampu menggeser pekerjaan di sektor konvensional.  

Dijelaskan Teguh Kurniawan Harmanda,teknologi blockchain dapat menciptakan multiplier effect positif dalam perkembangan ekonomi digital di Indonesia.

Teknologi blockchain yang mencakupi juga aset kripto dan non-fungible token (NFT) menjadi salah satu teknologi yang krusial di skala global.

Ia menilai, teknologi yang dapat diaplikasikan di banyak sektor ini,dapat memberikan manfaat baik kepada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak.

“Langkah baiknya, blockchain memberi harapan dukungan efisiensi dan transparansi sehingga Indonesia dapat mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat,” tandas Teguh Kurniawan Harmanda.

Saat ini, perkembangan teknologi blockchain terbilang cukup pesat dan masih dalam tahap awal. Menurut pria yang menjabat juga sebagai COO Tokocrypto itu, Indonesia seharusnya bisa mengadopsi blockchain lebih cepat dan memimpin perkembangan teknologi tersebut di kawasan Asia Tenggara.

Peluang pengaplikasian project blockchain di Indonesia juga luar biasa luasnya. Blockchain bisa diimplementasikan dalam berbagai sektor, meliputi perbankan, media sosial, periklanan, hiburan, kesehatan, asuransi, properti, olahraga, energi, pemerintahan, dan berbagai industri lainnya.

Diakuinya, Blockchain saat ini masih memerlukan waktu yang panjang untuk adopsi massal. Namun, bila adopsi ini bisa semakin cepat prosesnya, peluang untuk mendapatkan manfaat dari teknologi itu pun semakin besar.

Kemudian, tantangan dari blockchain berkaitan dengan penyeleksian project yang benar-benar akan bertahan dan bisa diterima masyarakat luas.

“Percayalah bahwa semua akan ter-blockchain pada waktunya,” tutup Teguh Kurniawan Harmanda. ***

 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 14 Mar 2022 


Related Stories