Inilah Dampak Pelemahan Rupiah dan Ketatnya Likuiditas pada Perbankan Indonesia

Dampak Pelemahan Rupiah dan Ketatnya Likuiditas pada Perbankan Indonesia (Freepik)

JAKARTA - Dalam Kondisi ekonomi yang berubah-ubah, situasi perbankan di Indonesia kini menjadi pusat perhatian. Baru-baru ini, penurunan nilai tukar rupiah dan ketatnya likuiditas telah menjadi masalah utama yang mempengaruhi sektor ini

Keadaan ini bisa berdampak pada nasabah dan perbankan itu sendiri, terutama terkait dengan ekspansi kredit dan likuiditas

Dampak terhadap Nasabah dan Perbankan

Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif mengatakan, pelemahan rupiah dapat memberikan dampak signifikan, terutama bagi nasabah yang terekspos oleh pergerakan mata uang asing yang berpengaruh kepada tertekannya kurs rupiah.

Ketika nilai tukar rupiah melemah, nasabah yang memiliki pinjaman dalam bentuk dolar akan merasakan beban yang lebih besar karena nilai tukar yang lebih tinggi membuat pembayaran bunga dan pokok pinjaman menjadi lebih mahal.

Namun, dari sisi perbankan, likuiditas yang ketat juga menjadi tantangan besar. Ketika likuiditas di pasar menurun, perbankan perlu membeli mata uang asing untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. 

Dalam situasi ini, bank harus beradaptasi dengan kenaikan suku bunga untuk mengkompensasi risiko dan ketidakpastian yang terjadi. Akibatnya, suku bunga pinjaman dalam mata uang asing cenderung meningkat lebih cepat.

“Ketika ada pelemahan rupiah, ya sebenarnya lebih berat ke nasabahnya, yang terekspos ke pergerakan rupiah. Tapi, kalau dari sisi likuiditas sendiri, dampaknya lebih kepada perbankan itu sendiri,” kata Maynard dalam acara “Navigating the Currency Volatility: Exploring Economic Projections and FX Investments with Bank DBS Indonesia” di Jakarta, Rabu, 3 Juli 2024.

Ketatnya Likuiditas dan Ekspansi Kredit

Ketatnya likuiditas di perbankan juga mempengaruhi kemampuan bank untuk melakukan ekspansi kredit. Likuiditas yang terbatas berarti bank harus lebih selektif dalam menyalurkan kredit. 

Mereka akan mempertimbangkan risiko yang lebih tinggi terutama pada pinjaman dalam mata uang asing. Dalam kondisi ini, ekspansi kredit bisa mengalami perlambatan karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan dana.

Selain itu, pelemahan rupiah juga berdampak pada permintaan pinjaman. Ketika rupiah melemah, pinjaman dalam dolar menjadi lebih mahal sehingga nasabah mungkin akan mengurangi permintaan pinjaman tersebut. 

Hal ini tentu mempengaruhi aktivitas ekspor-impor, di mana perusahaan yang terlibat dalam kegiatan ini biasanya membutuhkan pinjaman dalam mata uang asing.

Adaptasi Bank terhadap Perubahan Ekonomi

Bank harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ekonomi yang dinamis. Ketika rupiah melemah, bank harus menyesuaikan kebijakan suku bunga dan strategi likuiditas untuk mengatasi risiko yang ada. 

Likuiditas yang ketat memaksa bank untuk mencari sumber dana alternatif dan mempertimbangkan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas operasional mereka.

Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan likuiditas perbankan. 

Dalam situasi ketatnya likuiditas, kebijakan yang tepat dari otoritas moneter dapat membantu mengurangi tekanan pada bank dan menjaga kestabilan sistem keuangan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 04 Jul 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories