Unik
Senin, 22 April 2024 19:59 WIB
Penulis:Justina Nur Landhiani
Editor:Justina Nur Landhiani
JAKARTA, Balinesia.id - Apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea) adalah suatu kondisi ketika napas berhenti secara periodik selama tidur. Kondisi tersebut disebabkan oleh relaksasi otot-otot di tenggorokan pada saat tidur yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran napas. Tanda atau gejala yang paling mencolok adalah mengorok saat tidur.
Seperti yang dilansir dari laman resmi Kemenkes, penyumbatan jalan napas yang terjadi selama tidur dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah dan menyebabkan penumpukan karbon dioksida. Otak akan merespon gangguan pernapasan ini dengan membangunkan individu sebentar dari tidur untuk membuka saluran napas kembali.
Jika Anda mengalami hal tersebut, mungkin Anda dengan hanya terbangun sejenak, bahkan bisa jadi Anda tidak menyadarinya. Pola ini bisa terjadi berulang kali sepanjang malam, mengganggu tidur yang nyenyak dan menyebabkan rasa kantuk saat beraktivitas.
Beberapa gejala yang mungkin dialami oleh seseorang dengan apnea tidur obstruktif termasuk kelelahan dan kantuk di siang hari, mengorok keras saat tidur, henti napas saat tidur dengan terbangun tiba-tiba seperti tersedak, mulut kering saat bangun tidur, sakit kepala pagi, dan kesulitan berkonsentrasi di siang hari. Faktor risiko untuk apnea tidur obstruktif meliputi obesitas, usia tua, penyempitan saluran napas seperti pembesaran tonsil, hipertensi, sinusitis kronis, merokok, diabetes, dan riwayat asma.
Penurunan kadar oksigen dalam darah secara tiba-tiba juga dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi beban tambahan pada jantung. Pada umumnya, seseorang dengan apnea tidur obstruktif memiliki tekanan darah tinggi, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Apnea tidur obstruktif yang parah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Selain itu, juga dapat menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia. Studi terdahulu menyebutkan bahwa apnea tidur obstruktif dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 140%, risiko stroke hingga 60%, dan risiko penyakit jantung koroner hingga 30%. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya dan tidak dapat dibuktikan secara langsung sebagai hubungan sebab-akibat.
Jika Anda memiliki berat badan berlebih atau termasuk obesitas, menurunkan berat badan meski tidak begitu drastis tetap dapat meringankan sumbatan yang ada jalan napas Anda. Tidak hanya itu, menurunkan berat badan juga dapat meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan.
Melakukan latihan aerobik dan latihan beban dapat membantu memperbaiki kondisi apnea tidur obstruktif yang Anda alami. Oleh karena itu, cobalah untuk berolahraga secara rutin 5 hari dalam seminggu masing-masing 30-60 menit.
Alkohol dan beberapa jenis obat anti cemas dan obat tidur dapat memperparah kondisi apnea tidur obstruktif.
Tidur dengan posisi terlentang ternyata dapat membuat lidah terjatuh dan menyumbat jalan napas Anda. Oleh karena itu, cobalah untuk berganti posisi tidur ke arah samping.
Itu tadi penjelasan mengenai hubungan mengorok dengan tingginya risiko terkena penyakit jantung serta cara mencegah terkena apnea tidur obstruktif.
sebulan yang lalu