balinesia.id

Sastra Saraswati Sewana Ditutup Pagelaran "Sih"

Minggu, 29 Agustus 2021 06:51 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

Sih.jpg
Cuplikan pagelaran "Sih" dalam malam puncak Sastra Saraswati Sewana "Pamarisuddha Gering Agung" (Balinesia.id)

Gianyar, Balinesia.id - Setelah melalui sejumlah rangkaian kegiatan sejak Mei 2021, helatan Sastra Saraswati Sewana “Pamarisuddha Gering Agung” yang digelar Yayasan Puri Kauhan Ubud akhirnya ditutup. Puncak acara digelar di Puri Kauhan Ubud tepat pada Hari Suci Saraswati yang disemarakkan pagelaran seni kontemporer bertajuk “Sih”.

Pagelaran persembahan Yayasan Puri Kauhan Ubud itu digarap oleh para seniman ternama Bali. Sutradaranya adalah Kamila Andini dengan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Setyani. Sementara, para penampilnya adalah seniman berbakat di bawah asuhan Yayasan Bumi Bajra Shandi, Wayang Sunar, serta seniman Ayu Laksmi dan Aryani Willems.

       Baca Juga:

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana mengatakan garapan "Sih” sebagai pemuliaan pada bahasa, aksara, dan sastra Bali serta ilmu pengetahuan dalam artian luas.

“Sih adalah pertunjukkan tari mengenai kelahiran atau sebuah dongeng visual lahirnya seorang manusia yang penuh kasih kepada semesta. Sebeuah kisah sederhana dalam memaknai Hari Suci Saraswati,” katanya.

       Baca Juga:

Sih, katanya, dalam kosakata bahasa Bali berarti ‘kasih’. Secara simbolis, pentas ini menceritakan perjalanan manusia yang berpijak bumi dengan asuhan beribu bapa pengetahuan. Pengetahuan itu tidak lain aksara dan sastra.

“Kasih adalah sebuah kata yang mengingatkan kita pada kemanusiaan atau kesejatian,” katanya.

       Baca Juga:

Garapan tersebut juga sejalan dengan gagasan penyelenggaraan Sastra Saraswati Sewana “Pamarisuddha Gering Agung”. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengingat kembali ke kedalaman entitas sastra sebagai penuntun hidup manusia.

Sastra diyakini mampu menjadi penawar segala kemurungan dan kekotoran dunia. Dalam konteks pandemi Covid-19, sastra diharapkan dapat menjadi wahana kontemplasi kondisi. Sastra dijadikan kendaraan untuk mulat sarira atau introspeksi diri. 

         Baca Juga:

“Pandemi ini menjadi waktu yang tepat untuk pembelajaran diri, waktu untuk mulat sarira, karena itulah Puri Kauhan membuat ajang kreasi Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung ini,” katanya.

Pandemi Covid-19 diharapkan tak memangkas kreativitas kita. Meminjam ungkapan Presiden Jokowi, krisis itu seperti api. Kalau bisa dihindari, tapi jika itu terjadi banyak hal yang bisa dipelajari. “Api memang membakar, tapi sekaligus juga menerangi. Pandemi seperti Kawah Candradimuka yang menguji, mengajarkan, sekaligus mengasah. Ujian dan asahan menjadi sekaligus dua sisi mata uang, yang tidak terpisahkan, bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, tapi juga kesempatan untuk memperbaiki diri,” katanya.

Pada kesempatan tersebut pihaknya menyampaikan apresiasi pada ratusan peserta yang telah berpartisipasi dalam gelaran tersebut, hingga akhirnya dijaring 30 karya terbaik. Diharapkan, segala upaya yang dilakukan bisa menstimulus pelestarian, perkembabgan, dan kemajuan bahasa, aksara, dan sastra Bali. jpd