balinesia.id

Putri Koster Ingatkan Remaja Kurangi Gunakan Gawai

Jumat, 16 September 2022 18:28 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

Dialog PErembuap Bali Bicata.jpeg
Putri Suastini Koster (tengah) dalam Dialog "Perempuan Bali Bicara". (Balinesia.id/istimewa)

Denpasar, Balinesia.id - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali. Ny. Putri Suastini Koster mengingatkan remaja, khususnya remaja putri untuk mengurangi menggunakan gawai agar tidak merusak tubuh fisik dan mental.

“Usahakan jangan terlalu lelah untuk terus menggunakan gadget. Segala bentuk aktivitas boleh dimudahkan oleh teknologi informasi dan digitalisasi, namun jangan lupa bahwa hal tersebut dapat merusak tubuh dan fisik serta mental yang semakin malas untuk bergerak,” katanya dalam sebuah dialog penanganan stunting bertajuk Perempuan Bali Bicara di salah satu stasiun televisi, Jumat, 16 September 2022. 

Dalam menjaga kesehatan tubuh fisik dan mental, Putri Suastini mengingarkan agar setiap remaja dapat rajin beraktivitas, menjaga pola makan, dan bergerak sehingga otot tidak tegang. Selain itu, upaya menjaga kesehatan dari dalam dapat dilakukan dengan mengkonsumsi tablet penambah darah bagi remaja putri saat sedang haid serta menjauhi niat diet ketat atau menurunkan berat badan secara berlebihan.

Baca Juga:

“Kurangi jam begadang, jangan tidur larut malam yang dapat merusak organ dalam tubuh akibat kurangnya waktu istirahat bagi fisik yang nantinya dapat menyebabkan kekurangan energi kronis (KEK) sekaligus menata waktu penggunaan gadget,” katanya.

Lebih jauh ia mengatakan, Tim Penggerak PKK Provinsi Bali saat ini terus berupaya bersama mengentaskan stunting melalui mensosialisasikan, bagaimana cara pencegahannya, dan apa saja yang harus dipahami dalam upaya pengentasan stunting secara terintegrasi hingga ke tingkat desa.

“Stunting adalah gangguan kesehatan yang dialami oleh anak-anak atau generasi muda, yang seharusnya bisa dicegah semenjak seorang perempuan atau calon ibu sedang mengandung. Tidak hanya saat mengandung, untuk mencegah terjadinya gejala stunting juga bisa kita sosialisasikan kepada remaja perempuan, agar sejak dini mereka berfokus untuk menjaga kesehatan tubuh, baik dari dalam dan luar,” kata dia.

Sementara itu, Dosen Jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Gusti Ayu Dewi Kusumayanti mengatakan bahwa stunting bukan penyakit keturunan, namun merupakan gangguan tumbuh kembang pada bayi yang bisa terjadi akibat kurang pahamnya calon ibu tentang bagaimana menjaga kesehatan janin.

“Pada dasarnya cara menjaga agar calon bayi tidak stunting adalah tidak begitu sulit. Calon ibu wajib menjaga gizi kebutuhan tubuh dan janinnya yang seimbang. Yakni pemenuhan kalori, karbohidrat, protein dan serat harus seimbang dan sesuai, agar tidak mengganggu keperluan tubuh antara satu dengan yang lainnya,” katanya. 

Kusumayanti menjelaskan bahwa ketika seorang calon ibu ngidam di semester satu kehamilan, adalah waktu yang rawan. Pada saat itu seorang calaon ibu akan mengalami rasa mual yang menyebabkan ibu hamil muda kehilangan nafsu makan, sehingga mengakibatkan status kehamilan mengalami kekurangan energi kronis (KEK) dan tidak jarang mempengaruhi atau menyebabkan anemia akut. 

Kondisi itu disebut memberi peluang bagi janin mengalami stunting dini, yang nantinya akan mempengaruhi juga perkembangan dan pertumbuhan fisik dan otaknya setelah lahir. “Edukasi penting ini juga perlu ditanamkan kepada pihak laki-laki atau suaminya sekaligus keluarga terdekat, karena rasa nyaman untuk didukung oleh suami dan mertua juga akan memberikan dampak bagi ibu yang sedang hamil,” jelasnya.

Setelah hamil dan lahir, lanjutnya, maka peran ibu tidak berhenti. Ibu-ibu muda wajib membawa bayinya secara rutin dan teratur mengontrol berat badan bayi ke posyandu. “Ini bertujuan apakah tumbuh kembang berat badan bayi sesuai dengan usianya atau tidak,” katanya. jpd