Petani
Rabu, 02 Oktober 2024 15:41 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA – Mi instan adalah makanan yang awalnya berasal dari Jepang. Namun, sekarang mi instan telah menjadi makanan global yang mendukung pola makan orang-orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 100 miliar porsi yang dikonsumsi setiap tahunnya, menurut instantnoodles.org.
Dikutip dari Business Day, mi instan merupakan makanan pokok populer yang dikonsumsi di seluruh dunia, baik sebagai camilan maupun makanan utama. Kesederhanaan dalam menyiapkan mi dan rasanya menjadikannya salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Namun, mie instan terus-menerus mendapat kritik dan skeptisisme seputar kurangnya nilai gizinya.
Indonesia sendiri menjadi negara kedua dengan konsumsi mie instan terbanyak di dunia, dengan tingkat konsumsi mencapai puluhan juta porsi.
Di Indonesia, konsumsi mie instan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2019, misalnya, konsumsi mie instan di Indonesia mencapai 12,5 juta porsi dalam setahun. Angka ini meningkat pada tahun 2021, di mana masyarakat Indonesia mengonsumsi 13,2 juta porsi mie instan.
Bahkan, pada tahun 2021, Indonesia sempat menempati peringkat kedua sebagai negara dengan konsumsi mie instan tertinggi. Angka konsumsi ini terus naik pada tahun 2022-2023.
Puncaknya terjadi tahun lalu, ketika warga Indonesia mengonsumsi 14,5 juta porsi mie instan. Hal ini membuat WINA kembali menempatkan Indonesia di posisi kedua dari 56 negara dengan konsumsi mie instan tertinggi di dunia.
Mie instan memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Jika dikonsumsi setiap hari, tubuh akan kekurangan nutrisi penting. Mie instan juga mengandung kadar lemak jenuh dan sodium yang tinggi, serta rendah serat, protein, vitamin, dan mineral.
Sementara, kecanduan mi instan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan. Anda perlu mengetahui cara untuk berhenti mengonsumsi mi instan agar bisa melepaskan diri dari kebiasaan makan yang tidak sehat ini. Lantas, bagaimana caranya? Yuk, simak artikel berikut!
Berikut beberapa cara mengurangi kecanduan mi instan:
Jika Anda sudah terbiasa makan mi instan setiap hari, berhenti mengkonsumsi secara tiba-tiba pasti sangat sulit. Alih-alih berhasil, berhenti mendadak makan mi justru membuat Anda semakin menginginkannya.
Cara jitu berhenti makan mi instan adalah dengan mengurangi frekuensinya secara bertahap. Jika biasanya Anda makan mi instan setiap hari, coba batasi menjadi dua kali seminggu. Setelah terbiasa, kurangi lagi menjadi sekali seminggu. Lakukan secara berkelanjutan hingga Anda mampu menahan keinginan makan mi instan.
Rasa gurih mi instan sangat menggoda siapa pun untuk menikmatinya. Anda bisa mengganti bumbu kemasan mi instan dengan bahan-bahan alami seperti lada, kaldu ayam asli, kunyit, bawang putih, daun bawang, garam, cabai, dan ketumbar. Dengan cara ini, mi instan tetap lezat tanpa mengurangi cita rasa.
Untuk mempermudah mengurangi konsumsi mi instan yang berlebihan, sebaiknya tambahkan bahan-bahan pelengkap seperti telur, ayam segar, daging segar, dan sayuran ke dalam mangkuk mi instan Anda. Jangan lupa juga untuk mengurangi porsi mi setiap kali makan. Rebus mi hanya setengah porsi, sehingga rasa kenyang lebih banyak didapat dari bahan pelengkap, bukan dari mi instan itu sendiri.
Mulailah mengganti mi instan dengan alternatif yang lebih sehat, seperti mi dari bahan alami (seperti mi soba, mi sayuran, atau mi berbasis gandum utuh). Selain itu, coba juga resep mi buatan sendiri yang menggunakan bahan-bahan segar dan rendah sodium.
Seringkali, kecanduan mi instan berkaitan dengan rutinitas tertentu, seperti mengonsumsinya di malam hari atau saat merasa stres. Identifikasi kapan kebiasaan tersebut muncul dan gantilah dengan aktivitas yang lebih sehat. Misalnya, jika Anda biasa makan mi instan sebagai camilan malam, coba ganti dengan camilan buah atau yogurt rendah lemak.
Setelah bertahap mengurangi frekuensi makan mi, langkah berikutnya untuk berhenti adalah dengan tidak menyimpannya di rumah. Anda akan lebih mudah tergoda jika mi instan tersedia di rumah. Keinginan makan mi biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu, atau setelah Anda mengonsumsi makanan lain.
Selain itu, cara untuk mengatasi keinginan mengonsumsi mi instan adalah dengan minum banyak air putih. Perlu diingat, tubuh seringkali keliru mengartikan rasa haus sebagai lapar, dan kurangnya asupan air dapat menyebabkan makan berlebihan.
Air berperan penting dalam mendukung semua fungsi tubuh dan sangat diperlukan untuk kesehatan serta kebugaran yang optimal. Oleh karena itu, segera ubah kebiasaan Anda dengan mengonsumsi dua gelas air di antara waktu makan.
Luangkan waktu setiap hari untuk berolahraga. Pilihlah aktivitas yang Anda nikmati, seperti berjalan santai, menari, yoga, berenang, atau bersepeda.
Mengintegrasikan peregangan dan olahraga selama 30 hingga 40 menit secara rutin setiap hari dapat membantu mengurangi keinginan makan. Olahraga juga melepaskan endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan memperbaiki kualitas tidur.
Olahraga harian mendukung fungsi tubuh yang penting untuk kesehatan optimal. Oleh karena itu, segera mulai rutinitas berolahraga untuk membantu mengatasi kecanduan dan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Kurang tidur dapat menyebabkan stres yang berujung pada kecanduan makanan. Saat tubuh kelelahan, kita cenderung memilih makanan yang mengandung gula atau junk food karena dapat memberikan dorongan energi meskipun hanya sementara, sehingga menciptakan efek kecanduan.
Untuk mengatasinya, Anda perlu membuat rutinitas bersantai di malam hari dan mematikan semua perangkat elektronik satu jam sebelum tidur. Usahakan juga untuk tidur di ruangan yang tenang dan gelap, karena hal ini dapat membantu tubuh lebih cepat mencapai relaksasi total.
Menghentikan kebiasaan seperti kecanduan makan mi instan mungkin tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan usaha. Namun, dengan cara yang tepat untuk berhenti mengonsumsi mi instan, Anda bisa berhasil melepaskan diri dan beralih ke pola makan yang lebih sehat. Mulailah dengan langkah-langkah kecil, seperti membatasi konsumsi dan menggantinya dengan alternatif yang lebih baik.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 29 Sep 2024