balinesia.id

Apa Itu Buyback Saham? Inilah Penjelasannya

Selasa, 30 Juli 2024 09:16 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Redaksi

Apa Itu Buyback Saham? Inilah Penjelasannya
Apa Itu Buyback Saham? Inilah Penjelasannya (trenasia.com)

JAKARTA – Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) diketahui baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menarik kembali saham treasuri GOTO yang merupakan saham yang dibeli kembali perseroan (buyback) pada tahun 2021 dan 2022. Jumlah saham yang akan ditarik adalah 10,26 miliar saham seri A GOTO.

Hal itu akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang dijadwalkan berlangsung pada 30 Agustus 2024.

Perseroan akan mengurangi modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan dengan menarik kembali sebanyak 10.264.665.616 saham Seri A. Saham hasil buyback ini mencakup saham sebelum penawaran umum saham perdana (IPO) serta saham terkait dengan pelaksanaan program stabilisasi harga saham perusahaan setelah IPO (greenshoe).

Jumlah saham treasuri yang akan dihapus ini setara dengan 8% dari total saham treasuri GOTO, yang mencapai 127.063.873.734 saham per Maret 2024. Manajemen GOTO menyatakan, penarikan saham ini juga sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 29/2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka.

Lantas, mengenai hal tersebut, sebenarnya apa itu buyback saham?

Buyback saham, juga dikenal sebagai repurchase saham, adalah tindakan di mana sebuah perusahaan membeli kembali sebagian saham yang telah beredar di pasar terbuka. Perusahaan biasanya menggunakan sebagian dari keuntungannya atau meminjam uang untuk membeli saham mereka sendiri.

Setelah saham tersebut dibeli kembali, perusahaan umumnya menghapusnya atau menyimpannya sebagai saham treasuri, yang berarti saham tersebut tidak lagi diperdagangkan di pasar terbuka. Praktik ini biasanya diputuskan oleh dewan direksi perusahaan dan dapat dilakukan secara teratur atau dalam periode tertentu sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Tujuan Buyback Saham

Berikut beberapa tujuan buyback saham:

1. Mengurangi Risiko Penurunan Harga

Jika permintaan lebih rendah dari jumlah saham yang beredar, perusahaan mungkin harus menurunkan harga sahamnya. Untuk mencegah hal ini, perusahaan dapat melakukan buyback saham. Tujuannya untuk mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar reguler. Dengan demikian, diharapkan permintaan yang lebih tinggi akan mendorong kenaikan nilai saham.

2. Mempersiapkan Cadangan Modal

Buyback saham ini akan menghasilkan saham treasuri atau cadangan modal bagi perusahaan. Saham tersebut bisa dijual kembali ketika harga saham di pasar naik. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk meraih keuntungan besar.

3. Meningkatkan Rasio Keuangan

Salah satu alasan perusahaan melakukan buyback saham adalah untuk meningkatkan rasio keuangan dengan mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar. Rasio keuangan sering menjadi patokan bagi investor dalam membeli saham. Dengan berkurangnya jumlah saham, rasio Earning per Share (EPS) akan meningkat secara signifikan.

Pembelian kembali saham oleh perusahaan juga akan mempengaruhi rasio keuangan lainnya seperti EPS, Return on Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE). Anda dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini melalui tender offer.

Buyback Saham, Saat Pasar sedang Bearish atau Bullish?

Sebelum melakukan buyback saham, perusahaan perlu mempertimbangkan kondisi pasar, apakah sedang bearish atau bullish. Pelaksanaan buyback saham dalam kedua kondisi pasar ini akan memberikan hasil yang berbeda.

Pada pasar bearish, buyback dapat membantu menahan harga saham agar tidak jatuh lebih rendah. Sebaliknya, pada pasar bullish, buyback dapat meningkatkan harga saham. Meskipun keduanya memberikan dampak positif, buyback saat pasar bullish dianggap lebih efektif karena investor biasanya lebih aktif dalam kondisi ini.

Cara Kerja Buyback Saham

Berikut cara kerja buyback saham yang perlu Anda ketahui:

1. Tender Offer

Tender offer adalah metode yang digunakan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya dengan cara menjual saham kepada shareholder. Biasanya, harga saham ditetapkan oleh emiten. Ini sebabnya harga saham di pasar reguler jauh lebih mahal.

Dengan memberikan nilai premium atau harga yang lebih tinggi, perusahaan memberikan insentif bagi investor untuk menawarkan saham mereka daripada menahannya. Ini dapat menciptakan peluang keuntungan yang besar.

2. Open Market

Open market adalah proses di mana emiten membeli kembali sahamnya di pasar reguler untuk menghindari kerugian besar. Transaksi ini berpotensi meningkatkan nilai saham yang diterbitkan. Open market juga bisa membuat permintaan di pasar meningkat dua kali lipat. 

Perusahaan dapat mendanai buyback dengan utang, uang tunai, atau arus kas dari operasi. Perluasan buyback saham dapat mempercepat rencana buyback perusahaan. Hal ini bisa menyebabkan kontraksi yang lebih cepat dari float sahamnya.

Keuntungan Buyback Saham

Beberapa keuntungan buyback saham yang bisa didapat perusahaan dan investor:

1. Mengurangi Likuiditas Saham di Pasar

Jika jumlah saham yang tersedia di bursa efek terlalu banyak, harga saham perusahaan akan lebih sulit untuk naik. Hal ini menyebabkan tingkat likuiditas saham menjadi rendah dan kurang menguntungkan.

Selain itu, harga saham perusahaan cenderung naik lebih lambat dan dianggap kurang menguntungkan. Oleh karena itu, perusahaan bisa melakukan buyback saham untuk mempermudah kenaikan harga di pasar, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih sedikit.

2. Meningkatkan Rasio Keuangan

Umumnya, tujuan utama perusahaan dalam melakukan buyback saham adalah untuk meningkatkan rasio keuangan, khususnya Earning Per Share (EPS). Strategi ini terbukti efektif dan sering diterapkan oleh berbagai perusahaan.

EPS adalah rasio yang sering digunakan investor untuk menilai fundamental sebuah saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin menarik saham tersebut untuk dibeli dan dikoleksi.

Ketika perusahaan melakukan buyback, jumlah saham yang beredar di pasar berkurang. Akibatnya, nilai pembagi dalam rumus EPS menjadi lebih kecil, yang mengakibatkan rasio EPS menjadi lebih tinggi.

3. Mempengaruhi Harga Saham

Menurut teori permintaan dan penawaran, membeli saham yang beredar akan membuat harganya naik. Perusahaan juga berpeluang mendapatkan keuntungan, apalagi jika saham dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. 

Selain itu, perusahaan juga bisa menguasai lebih banyak persentase kepemilikan perusahaan. Jika ada perusahaan lain yang memiliki saham lebih besar, pembagian hak atau kekuatan suara saat RUPS akan terbagi. 

Nah, buyback saham dapat menghindarkan perusahaan lain yang ingin memiliki bagian perusahaan lebih banyak. Dengan demikian, perusahaan utama bisa tetap memiliki saham sendiri.

4. Nilai Saham Investor akan Meningkat

Buyback saham tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi para investor. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya, nilai investasi investor akan meningkat.

Oleh karena itu, banyak yang merekomendasikan strategi ini, meskipun harga jual saham mungkin hanya meningkat pada level tertentu. Transaksi jual beli saham menjadi lebih mudah, dan aktivitas perdagangan harian cenderung bergerak positif.

Tren Buyback Saham di Indonesia

Belakangan ini, buyback saham marak dilakukan oleh perusahaan blue chip di Indonesia. Saham blue chip dikenal memiliki fundamental yang kuat dan nilai kapitalisasi pasar yang tinggi di pasar modal. Pada semester pertama tahun 2024, beberapa perusahaan blue chip yang terlibat dalam buyback saham termasuk BBRI, GOTO, MEDC, dan INTP.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), sebagai salah satu perusahaan blue chip yang melakukan buyback, mengalokasikan dana hingga Rp1,5 triliun untuk kegiatan tersebut. Buyback ini dilakukan saat harga saham perusahaan perbankan tersebut mengalami penurunan.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso menyatakan, tujuan buyback adalah untuk mengirimkan sinyal kepada investor bahwa kondisi BRI telah membaik dibandingkan persepsi pasar saat ini. Diharapkan langkah ini dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham BBRI.

Sementara, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu R.K, menyampaikan fokus manajemen adalah memastikan Perusahaan dapat tumbuh dengan lebih baik dan lebih sehat dalam jangka panjang, meskipun itu memerlukan koreksi-koreksi kecil di perjalanan jangka pendek.

“Bagi long-term shareholders, penyempurnaan dan perbaikan yang kami lakukan saat ini, seharusnya memberikan benefit lebih tinggi,” katanya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 29 Jul 2024