2024, Jembrana Target Turunkan Stunting ke Angka 8,36 Persen

Rabu, 16 November 2022 15:50 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

jembrana.jpeg
Wabup Jembrana, Patriana Krisna (dua dari kiri) dan Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Luh Gede Sukardiasih (dua dari kiri) berfoto bersama dalam acara Diseminasi Audit Kasus Stunting Semester II di Jembrana pada Selasa, 15 November 2022. (Balinesia.id/Humas Perwakilan BKKBN Bali)

Jembrana, Balinesia.id – Kabupaten Jembrana berupaya menurunkan angka prevalensi stunting daerah pada tahun 2024 menjadi 8,36 persen. Artinya, kabupaten paling barat di Bali itu dalam dua tahun harus bekerja keras untuk menurunkan lebih-kurang 6 persen dari angka kasus prevalensi stunting yang menurut data SSGI 2021 tercatat sebesar 14,3 persen. 

Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna, menjelaskan agar mencapai target tersebut seluruh elemen harus bekerja sama. Peran serta lintas sektor harus serius menurunkan kasus stunting. “Seluruh instansi diharapkan dapat menyelaraskan tujuan dan bersinergi untuk menurunkan stunting melalui identifikasi dan desiminasi ini,” katanya dalam Diseminasi Audit Kasus Stunting Semester II di Jembrana, Selasa, 15 November 2022.

Patriana juga menekankan agar seluruh pemangku kebijakan tetap berkomitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia di Bumi Makepung. Menurutnya, komitmen yang kuat dapat menunjang keberhasilan program-program pemerintah kab Jembrana khususnya dalam penurunan stunting di Kabupaten Jembrana. 

Baca Juga:

Kepala Dinas P3AP2KB Jembrana, Ni Kade Ari Sugianti, mengatakan pihaknya sangat berkomitmen dalam penanganan stunting karena akan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Jembrana ke depan. “Melalui kegiatan ini, kami melaporkan hasil Audit Kasus Stunting Semester II serta menyelaraskan pemahaman pemangku kebijakan terkait stunting agar bisa ditindak lanjuti dengan tepat oleh masing-masing lintas,” kata dia.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa Kabupaten Jembrana telah melakukan identifikasi melalui audit kasus stunting dengan menyasar lima keluarga berisiko di Desa Pengambengan. “Kami memilih lokasi dengan kasus stunting tertinggi di Jembrana yaitu di Desa Pengambengan sebanyak 47 kasus yang berasal dari 5 kelompok sasaran yaitu catin, bumil, ibu nifas, baduta, dan balita,” katanya berharap kegiatan tersebut dapat menjadi pijakan untuk melahirkan tindak lanjut yang tepat.

Sementara itu, Kepala perwakilan BKKBN Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih menyampaikan bahwa kasus stunting di Provinsi Bali menurut data SSGI 2021 memang sudah baik dan menjadi yang terendah se-Indonesia. Angka prevalensi stunting Bali tercatat sebesar 10,9 persen yang telah berada di bawah target nasional pada 2024 yakni sebesar 14 persen.

Meskipun demikian, pihaknya mengajak seluruh komponen untuk tidak abai dan terus melakukan perbaikan-perbaikan agar semakin baik ke depan. “Kita tidak bisa melihat dari kuantitas saja, sehingga kita perlu bekerja untuk meningkatkan kualitasnya diharapkan kedepannya kita dapat lebih menekan kasus berisiko stunting kalau bisa kita bisa turun hingga 2 persen pada tahun 2024,” katanya. jpd