Transportasi Sumbang Inflasi Tertinggi bagi Bali pada Bulan April 2023

Kepala BPS Bali, Endang Retno Sri Subiyandani menjelaskan perkembangan ekonomi Bali. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat Provinsi Bali mengalami inflasi bulanan sebesar 0,04 persen selama hitungan bulan April 2023. Inflasi teramati di enam kelompok pengeluaran, di mana yang terbesar dicatat pada transportasi.

Data tersebut terungkap dalam Rilis Berita Statistik yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada Selasa, 2 Mei 2023 secara daring. Kepala BPS Provinsi Bali, Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si., M.M., menerangkan bahwa dua kota besar di Bali yang menjadi amatan pergerakan inflasi, yakni Kota Denpasar dan Kota Singaraja mengalami inflasi dan deflasi. 

Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,06 persen sedangkan Singaraja mengalami deflasi sedalam 0,22 persen. Oleh karena itu, indek harga konsumen (IHK) gabungan dari dua kota tersebut, yang kemudian menjadi dasar perhitungan IHK Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi setinggi 0,04 persen dibandingkan bulan Maret 2023.

“Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender pada April 2023 sebesar 0,84 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun antara April 2023 terhadap April 2022 tercatat setinggi 4,45 persen,” katanya. 

 Baca Juga:

Pihaknya mencatat ada enam kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, di mana yang tertinggi adalah transportasi yang mengalami inflasi setinggi 1,06 persen. Tingginya inflasi pada biaya transportasi ini kemudian disusul dengan inflasi dari kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat setinggi 0,52 persen.

“Kelompok pengeluaran berupa rekreasi, olahraga, dan budaya menyumbang inflasi setinggi 0,32 persen, disusul kesehatan setinggi 0,09 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,04 persen; dan penyediaan makanan dan minuman atau restoran setinggi 0,03 persen,” jelasnya.

Sementara itu, dalam periode yang sama, empat kelompok pengeluaran lainnya tercatat mengalami deflasi. Keempatnya adalah kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang mengalami deflasi sedalam 1,48 persen; pakaian dan alas kaki sedalam 0,86 persen; makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sedalam 0,03 persen; serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedalam 0,02 persen. 

Selebihnya, satu kelompok pengeluaran, yakni pendidikan  tercatat tidak mengalami perubahan alias stagnan.

Baca Juga:

Endang melanjutkan, dari 90 kota IHK, 77 kota tercatat mengalami inflasi dan 13 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Kota Jayapura, Papua setinggi 1,44 persen, sementara inflasi terendah tercatat di Kota Sorong, Papua Barat setinggi 0,01 persen. Deflasi terdalam tercatat di Kota Meulaboh, Aceh sebesar 0,70 persen, sementara deflasi terdangkal tercatat di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara dan Pekanbaru, Riau masing-masing sebesar 0,01 persen.

“Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Kota Denpasar menempati urutan ke-73 dari 77 kota yang mengalami inflasi. Sedangkan untuk Kota Singaraja tercatat menempati urutan ke-5 dari 13 kota yang mengalami deflasi,” pungkasnya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories