Studi Sebut Penggunaan Media Sosial Bisa Tingkatkan Kecemasan di Kalangan Ibu Baru

Studi Sebut Penggunaan Media Sosial Bisa Tingkatkan Kecemasan di Kalangan Ibu Baru (Freepik.com)

JAKARTA - Menjadi seorang ibu baru bukanlah hal yang mudah atau glamor, sebagaimana yang mungkin disuguhkan oleh beberapa influencer media sosial, dan banyaknya gambaran ideal di internet telah terbukti merugikan bagi ibu-ibu.

Menurut penelitian baru dari Ciera Kirkpatrick, seorang akademisi dari Universitas Nebraska, Lincoln, beberapa ibu mungkin lebih terkena dampaknya dibanding yang lain.

Kirkpatrick, seorang asisten profesor di College of Journalism and Mass Communications, mengkaji bagaimana pesan-pesan di media memengaruhi kesehatan mental dan fisik individu. 

Sebagai ibu baru, dia melihat pengaruh influencer di media sosial terhadap ibu-ibu lainnya. Penelitiannya, yang diterbitkan dalam Computers in Human Behavior, menemukan bahwa gambaran ideal tentang keibuan rumah rapi, anak-anak yang ceria, penampilan yang selalu terlihat sempurna dapat meningkatkan kecemasan dan rasa iri di kalangan ibu baru.

Dalam penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Broadcasting & Electronic Media, Kirkpatrick mengungkapkan temuannya lebih lanjut. Dia meneliti apakah ada ciri kepribadian tertentu yang membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak negatif gambaran ideal tentang keibuan. 

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang cenderung membandingkan diri dengan orang lain lebih terpengaruh secara negatif oleh gambaran ideal tersebut.

Secara khusus, ibu yang sering membandingkan diri dengan orang lain cenderung merasa kurang kompeten sebagai orang tua ketika terpapar gambaran ideal tentang keibuan. Ini berarti gambaran ideal tersebut membuat ibu-ibu ini merasa kurang yakin akan kemampuan mereka dalam mengasuh anak.

"Kita semua suka membandingkan diri, tapi ada yang lebih sering melakukannya daripada yang lain," kata Kirkpatrick. "Jika kita paham bagaimana postingan-postingan ini memengaruhi ibu-ibu, dan bahwa efeknya lebih merugikan bagi sebagian dari mereka, itu bisa membantu kita dari segi komunikasi kesehatan atau profesional kesehatan."

Untuk penelitiannya, Kirkpatrick mengumpulkan 20 posting Instagram, separuhnya menampilkan gambaran ideal tentang keibuan dan separuhnya tidak, lalu menanyakan kepada 464 ibu baru tentang perasaan mereka. Selain itu, survei tersebut juga mencakup pertanyaan tentang harga diri, kepuasan hidup, dan lain-lain.

Harga Diri

Kirkpatrick juga mengajukan hipotesis bahwa harga diri dapat mempengaruhi dampak dari postingan yang ideal tersebut, namun temuannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ibu dengan harga diri rendah atau tinggi.

Dengan semakin populernya platform video pendek seperti TikTok dan Reels, Kirkpatrick berencana untuk melakukan eksperimen serupa dengan video keibuan yang ideal dan non-ideal. Dia mengatakan bahwa sejak memulai penelitiannya, dia senang melihat lebih banyak influencer ibu menjadi lebih jujur dalam representasi mereka tentang keibuan.

"Waktu hanya satu bagian dari kehidupan, dan tidak selalu terlihat sempurna seperti di media sosial," kata Kirkpatrick. "Ini bisa menjadi tekanan tambahan bagi ibu baru ketika mereka melihat gambaran yang tidak realistis tentang keibuan."

Hasil dari penelitian ini dan penelitian berikutnya diharapkan dapat membantu praktisi kesehatan mengembangkan alat untuk mengidentifikasi pasien yang lebih rentan terhadap pengaruh media sosial dan menerapkan intervensi yang tepat.

"Saya benar-benar ingin, di langkah selanjutnya dari penelitian saya, menguji berbagai strategi untuk mengatasi atau mengurangi dampak negatif dari gambaran ideal tentang keibuan di media sosial," kata Kirkpatrick. "Ini dapat memberikan panduan bagi penyedia layanan kesehatan selama kunjungan pranatal atau perawatan pasca melahirkan."

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 22 Mar 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories