Pura Griya Sakti Manuaba, Jadi Percontohan "Eco Temple"

KBMHD Undiknas melakukan pengabdian di Pura Griya Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba. (Balinesia,id/iga)

Gianyar, Balinesia.id - Berdasarkan data penelitian terbaru, Bali menghasilkan 4.281 ton per hari atau 1,5 juta ton/tahun. Angka ini akan melonjak 30 persen setelah hari-hari besar keagamaan serta piodalan di pura-pura besar di Bali. Yang memprihatinkan lagi, sebagian besar sampah tersebut belum terkelola dengan baik.

Melihat dari presentasenya, upacara yadnya menyumbang sampah yang signifikan. Berdasarkan fenomena tersebut, Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) merancang Eco Temlpe sebagai solusi penanganan sampah sisa upacara. Konsep ini mulau diterapkan di Pura Griya Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba, Kenderan, Tegalalang, Gianyar.

      Baca Juga:

Ketua Umum KBMHD Undiknas, Kadek Bagus Surya Kusuma Putra mejelaskan, dilihat dari etimologinya, Eco Temple berarti memanfaatkan sampah menjadi barang bernilai ekonimis yang bermuara pada tujuan besar; menjaga kesucian pura berlandaskan Tri Hita Karana.

Sejak 2017 lalu, pihaknya melirik Pura Griya Sakti Manuaba, sebagai pilot project program Eco Temple yang dikemas dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Agenda ini juga menjadi salah satu bagian Sinergi Pang Pada Payu (SIP3) di Desa Kenderan yang terdiri dari gabungan sejumlah organisasi perempuan.

Ia menjelaskan, tahapan Eco Temple dimulai dari memililah sampah sisa ucapara yakni organik dan anorganik. Setelah dipilah, sapah organik dicacah lalu dimasukkan ke dalam lubang untuk proses pembuatan pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik seperti botol dan plastik bisa langsung dijual ke pengepul barang bekas. “Intinya setiap pura harus bisa menyelesaikan sampahnya sendiri,” jelasnya di lokasi pengabdian, Sabtu 14 Agustus 2021.

Hasil olahan sampah berupa pupuk kompos tersebut rencananya akan dijual atau dibagikan kepada warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Karena kesibukan kuliah, pihaknya secara intens berkoordinasi dengan juru sapuh di pura tersebut. Pihaknya juga melakukan kegiatan lain, seperti memasang lampu penerangan di areal pura dan penanaman pohon bahan upakara.

      Baca Juga:

Sekertaris Desa Kenderan I Wayan Agus Purnawan mengapreaisasi program KBMHD ini. Menurutnya, kegiatan ini telah teralisasi tahun 2019 dengan datangnya bantuan mesin pencacah sampah organik dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Pupuk kompos hasil olahan telah dibagikan ke warganya dan akan dirancang untuk dijual ke masyarakat umum. 

Agus berpendapat, sebagai tempat yang disucikan, sudah seharusnya pura terbebas dari sampah. “Sampah memang tidak terelakkan di kawasan pura, apalagi saat piodalan. Yang harus kita lakukan adalah mengelolanya agar pura tetap bersih. Semoga Eco Temple ini menular ke seluruh pura se-Bali,” harapnya. iga

Editor: E. Ariana

Related Stories