Baliview
Minim Tenaga Kesehatan Berkompetensi Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN Gelar Pelatihan
Denpasar, Balinesia.id – Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., M.A.R.S., mengatakan bahwa tenaga kesehatan yang berkompetensi pelayanan kontrasepsi di Bali masih minim. Selain itu perbandingan antara tenaga kesehatan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) juga terjadi ketimpangan.
Terhadap hal tersebut, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Bali menggelar Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi bagi para dokter dan bidan di fasilitass kesehatan di Bali untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam pelayanan kontrasepsi. Kegiatan digelar selama dua pekan dalam dua kali sesi, yakni sesi daring yang digelar 7 s.d 15 Oktober 2022 dan sesi luring pada tanggal 16 s.d 24 Oktober 2022.
“Latar belakang pelatihan ini karena jumlah tenaga kesehatan atau paramedis yang memiliki kompetensi pelayanan kontrasepsi di Bali masih kurang. Selain itu terjadi gap atau kesenjangan antara jumlah tenaga medis dengan kompetensi, yakni provider yang tersertifikasi, dalam hal pelayanan kontrasepsi,” katanya.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/pt-mnr-gelar-silahturahmi-bersama-masyarakat-kota-bogor
- https://balinesia.id/read/esg-award-dirut-bank-mandiri-raih-the-best-ceo-for-social-policy-dalam-ajang-tren-asia-esg-excellence-2022
- https://balinesia.id/read/asdp-indonesia-ferry-bangga-meraih-penghargaan-tren-asia-esg-excellence-2022
Selanjutnya, ketimpangan juga terjadi antara jumlah tenaga kesehatan dan PUS. Dikatakannya, persentase kebutuhan ker-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di Provinsi Bali berdasarkan data evaluasi program semester I tahun 2022, masih tinggi. Dari target yang ditetapkan sebesar 7,94 persen namun baru terealisasi sebanyak 17,90 persen atau baru terealiasi 44,36 persen. Kondisi ini menjadi perhatian bersama dalam rangka meningkatkan keserta ber KB oleh PUS terutama KB MKJP.
Target peserta KB baru, khususnya IUD dan implan di Provinsi Bali berdasarkan data SIGA tahun 2022 juga disebut masih sangat rendah. Target peserta IUD dari sejumlah 11.507 baru terealisasi sebesar 1.605 (13,95 persen), sedangkan target KB baru implan sebesar 1.732 baru terealisasi sebesar 564 (32,56).
“Angka kematian ibu juga dinilai masih tinggi, akibat masih banyaknya kehamilan berisiko, baik itu kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan kehamilan 4 Terlalu, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak. Semua masalah ini dapat diatasi melalui program Keluarga Berencana (KB) berbasis hak dan orientasi kesehatan reproduksi dengan layanan bermutu yang aman, berkelanjutan, kesertaan sukarela, tidak diskriminatif, dan informed choice,” kata dia.
Sementara itu, panitia pelatihan yang juga Sub Koordinator Penyelenggaraan dan Evaluasi Perwakilan BKKBN Bali, Dewa Nyoman Dalem, S.Pd., M,Si., mengatakan para peserta pelatihan nantinya dapat melakukan konseling keluarga berencana, melakukan pelayanan kontrasepsi pada kondisi khusus, melakukan pelayanan kontrasepsi, melakukan rujukan pelayanan KB, melakukan pencegahan pengendalian infeksi, dan melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
“Materi Pelatihan secara keseluruhan berjumlah 107 JPL, yang akan disampaikan oleh Tim Fasilitator yang telah mendapat ToT (Pelatihan bagi Pelatih, red) Pelatihan Pelayanan Kontrasepsi di Pusat tanggal 8 Agustus s.d 3 September 2022, baik yang berasal dari unsur POGI, Dinkes, dan PD IBI. Selain itu juga terdapat praktik kelas dengan phantom dan praktek lapangan dengan akseptor basah bertempat di Puskesmas IV Denpasar Selatan dan Puskesmas Banjarangkan I,” katanya.
Fasilitator pelatihan, dari Pusat Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) Provinsi Bali, Ida Ayu Wulandari, S.Si, M.Keb mengatakan pelatihan diisi banyak dari tim meliputi materi teori dasar, kebijakan sampai memasangkan alat kontrasepsi ke pasien. Sebelum memasang alat kontrasepsi, pasien terlebih dahulu mengikuti konseling. “Konseling dilakukan dari Rabu–Kamis menggunakan 2 tempat di (Puskesmas) Banjarangkan II dan Densel IV,” katanya,
Pihaknya berharap peserta yang ikut pelatihan bisa membagi ilmunya ke tenaga kesehatan yang lain di tempatnya bertugas masing-masing, karena hanya beberapa perwakilan bidan yang ikut dalam pelatihan tersebut. “Para bidan yang sudah mengikuti pelatihan bisa ikut meluruskan jika ada hal-hal yang kurang sesuai dengan SOP dan teori, serta bisa ikut mengajak masyarakat untuk ber-KB, sehingga dapat membantu mencegah angka stunting dan angka kematian ibu yang tinggi,” katanya.
Peserta pelatihan yang merupakan bidan di RSUD Wangaya, Ida Ayu Rohini menyebut pelatihan yang digelar sangat baik bagi para peserta utamanya kalangan dokter dan bidan. Sebab, kata dia, dengan pelatihan ini peserta dapat mengingat dan meningkatkan lagi ilmu serta keterampilan dalam memasang IUD, implan hingga pelaporan KB. “Harapan ke depan pelatihan ini bisa berkesinambungan sehingga teman yang lain bisa ikut, sehingga bidan bisa meningkatkan cakupan pelayanan KB,” katanya.