Feature
Ketahui Apa Itu Skillcation yang Diprediksi Jadi Tren Kerja Masa Depan
JAKARTA – Jika kamu seperti kebanyakan orang, besar kemungkinan kamu sudah menyiapkan rencana liburan akhir tahun. Mungkin yang terbayang adalah waktu santai di pinggir kolam, membayar “utang tidur”, atau maraton menonton tontonan favorit.
Namun kenyataannya, tak sedikit orang yang justru pulang dari liburan dengan rasa lelah dan semangat kerja yang menurun. Dari pengalaman inilah muncul tren baru bernama skillcation. Alih-alih hanya beristirahat, jenis liburan ini mengajak pelakunya memanfaatkan waktu libur untuk mempelajari keterampilan baru, sambil tetap menikmati suasana dan pengalaman yang berbeda.
Ini bukan tentang mengubah waktu libur menjadi pekerjaan sampingan. Justru, skillcation memberi kesempatan bagi seseorang untuk kembali menekuni minat yang jarang bisa mereka lakukan, sekaligus mengembangkan keterampilan yang relevan bagi masa depan karier mereka.
Apa itu Skillcation?

Menurut Chief Revenue & Experience Officer di Klaar Lana Peters, skillcation adalah konsep baru dari liburan di mana karyawan menggunakan jatah cuti untuk mengasah kemampuan atau mempelajari keterampilan baru guna mengembangkan karier mereka.
Melansir dari Forbes, VP of People di Smallpdf David Dominguez mengatakan, skillcation sedang mengalami peningkatan popularitas karena menghadirkan keseimbangan antara pengembangan diri dan budaya produktivitas.
“Bagi high-performers, khususnya mereka yang bekerja jarak jauh, belajar sambil traveling terasa seperti cara memaksimalkan waktu luang,” ujarnya.
Statistik menunjukkan 39% traveler Amerika menikmati wisata seru seperti ekspedisi fotografi, retret yoga, atau pengalaman bahasa asing yang mendalam di negara lain.
Berbeda dengan liburan tradisional yang hanya fokus pada istirahat, skillcation berfokus pada pertumbuhan sebagai bentuk peremajaan, menggabungkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan pengembangan keterampilan agar traveler merasa lebih puas dan termotivasi saat kembali bekerja.
Bagaimana Skillcation Masuk ke Masa Depan Dunia Kerja
Skillcation berkaitan dengan perubahan yang lebih luas dalam cara orang belajar. Secara global, hanya 8% orang dewasa yang mengikuti pendidikan formal, sementara sekitar 37% terlibat dalam pembelajaran nonformal seperti lokakarya dan kursus singkat.
Melansir dari V7 Recruitment, di Inggris, tingkat partisipasi belajar bahkan menurun menjadi 21%, turun dari 30% hanya setahun sebelumnya.
Yang lebih mencolok lagi, hanya separuh pekerja penuh waktu yang mengaku telah mempelajari hal baru dalam tiga tahun terakhir. Padahal, kecerdasan buatan, otomatisasi, dan teknologi yang terus berkembang sedang mengubah banyak peran pekerjaan, sehingga kesenjangan keterampilan menjadi semakin terasa.
Di sinilah skillcation hadir sebagai solusi yang menarik. Konsep ini membuat proses belajar terasa lebih mudah diakses dan menyenangkan karena dikaitkan dengan minat pribadi, bukan ruang kelas formal. Bagi banyak orang, suasana baru dapat memicu semangat dan motivasi, itulah sebabnya skillcation mulai menjadi bagian penting dari masa depan dunia kerja.
Skillcation Bisa Cegah Burnout?
Travel trends expert di Skyscanner Laura Lindsay berpendapat, perkembangan diri yang diperoleh dari skillcation justru memberikan dampak kebalikan dari kelelahan kerja (burnout).
Menurutnya, jenis liburan ini dapat membantu mengurangi kebiasaan bekerja berlebihan dan mencegah burnout, sehingga seseorang bisa kembali dengan perasaan lebih segar, bersemangat, dan termotivasi, bukan malah kelelahan.
Menurut Lindsay, secara umum skillcation justru membantu mengurangi kebiasaan bekerja berlebihan dan perasaan kelelahan yang dialami banyak orang. Bagi banyak orang, perjalanan berbasis keterampilan ini menjadi cara untuk mengembangkan kemampuan di luar pekerjaan sehari-hari.
Misalnya, seseorang yang bekerja di bidang periklanan bisa saja memiliki minat pada dunia kuliner, lalu memilih berlibur dengan menjelajahi makanan lokal, mengikuti kelas memasak, hingga berbelanja di pasar tradisional.
Lindsay juga menyarankan agar skillcation tidak berubah menjadi pekerjaan baru. Kuncinya adalah memilih kegiatan yang benar-benar bersifat personal dan melibatkan diri secara utuh dalam perjalanan tersebut.
Ia menyebut tahun 2026 sebagai era perjalanan yang lebih dipersonalisasi. Apa pun keterampilan yang ingin dikembangkan, baik di bidang kecantikan, kuliner, olahraga, sastra, seni, maupun tari, tujuannya adalah mengikuti passion dan menjadikannya sumber inspirasi saat merencanakan perjalanan.
Lindsay juga menyebutkan 42% orang kini lebih memprioritaskan aktivitas yang akan mereka lakukan saat menyusun anggaran liburan. Para pelancong mencari kegiatan yang sesuai dengan minat khusus mereka, seperti membaca, membuat kerajinan tangan, olahraga, dan berbagai hobi lain, untuk mengembangkan keterampilan di luar pekerjaan utama.
Sebuah Tren yang Akan Bertahan
Bester menjelaskan pekerjaan dan kehidupan pribadi kini semakin menyatu, sehingga banyak profesional menginginkan waktu libur yang tetap terasa bermakna. Skillcation menawarkan perpaduan tersebut. Secara psikologis, konsep ini memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kemandirian, penguasaan, dan keterhubungan.
Ketika seseorang mempelajari hal baru di lingkungan yang menginspirasi, motivasi mereka kembali meningkat dan mereka dapat memandang pekerjaan dari sudut pandang yang lebih segar. Dengan meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan dan pembelajaran sepanjang hayat, ia percaya tren ini akan terus bertahan.
Bester juga menyampaikan, para pekerja kini mencari pengalaman yang menggabungkan unsur pembelajaran dengan istirahat dan pemulihan yang sesungguhnya. Banyak organisasi mulai mengadakan retret berbasis keterampilan serta perjalanan belajar, sekaligus mencoba menerapkan skillcation dalam program pengembangan kepemimpinan dan inovasi.
Hasilnya, orang-orang kembali dengan rasa kreativitas, refleksi diri, dan keterhubungan yang lebih kuat. Menurutnya, skillcation memberi kesempatan untuk sejenak menjauh, belajar dengan cara baru, dan melakukan reset diri.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 06 Dec 2025
