Feature
Fenomena Miliki Kerja Sampingan, Jadi Survival Kit Gen Z Atasi Gaji Pas-pasan
JAKARTA – Bagi generasi muda saat ini, penghasilan dari pekerjaan utama sering kali belum mencukupi seluruh kebutuhan hidup. Tekanan ekonomi serta gaya hidup yang terus berubah membuat pekerjaan sampingan semakin dibutuhkan sebagai sumber pendapatan tambahan.
Side job tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga memungkinkan mereka menikmati hidup—seperti menonton konser, bersosialisasi, atau bahkan membantu keuangan keluarga. Biasanya, pekerjaan ini dijalankan di luar jam kerja utama.
Biasanya dilakukan di waktu luang, seperti malam hari atau akhir pekan. Jenisnya sangat beragam, mulai dari berjualan online, menjadi content creator, freelance designer, mengajar les privat, hingga menjadi ojek online.
- Biaya Hidup di Korsel Ikut Melonjak, Dompet Anak Muda Makin Cekak
- PSN Teken Kerja Sama Strategis di Indo Defence Expo and Forum 2025, Targetkan Kemandirian Teknologi Satelit Nasional
- Dapat Akses Pembiayaan BRI, UMKM Penyuplai MBG Ini Naik Kelas dan Berdayakan Sekitar
Side Job Jadi Jalan Ninja
Bagi Haikal (24), seorang pekerja kreatif di Jakarta, memiliki penghasilan tambahan bukan soal pilihan, tapi kebutuhan agar bisa menyalurkan minatnya yang tidak murah. Pekerja Gen Z tersebut menyukai kegiatan menonton konser band internasional.
Salah satu yang ia suka adalah Foo Fighters, band rock Amerika yang dibentuk Dave Grohl, mantan drummer Nirvana, pada tahun 1994. Foo Fighters diketahui bakal menggela konser di Jakarta, 2 Oktober 2025. “Gaji di industri kreatif tuh ya cukup buat hidup, tapi nggak cukup buat living,” ujarnya sambil tertawa kepada TrenAsia.id, Selasa, 17 Juni 2025.
Haikal mengaku mengambil pekerjaan sampingan dan menyisihkan penghasilannya untuk ditabung demi bisa mewujudkan hobinya menonton konser musisi luar negeri. Tanpa penghasilan tambahan itu, ia merasa hanya bisa puas menonton konser idamannya lewat media sosial.
- BRI Fellowship Journalism 2025 Umumkan 45 Jurnalis sebagai Penerima Beasiswa Pascasarjana
- Israel Bangun Startup, Iran Andalkan Minyak: Mana Lebih Tangguh di Era Konflik?
- Kembali Digelar! Intip Syarat Masuk PRJ 2025 Secara Gratis
Menurutnya, hiburan bukan hanya soal foya-foya, tapi bagian penting dari menjaga kesehatan mental di tengah rutinitas kerja yang padat. Karena masih terikat dengan perusahaannya, Haikal hanya mengambil side job yang bersifat proyek.
Biasanya ia mengambil pekerjaan di bidang penulisan konten atau manajemen sosial media. Ia mengaku dengan satu proyek itu biasanya paling sedikit mendapatkan satu kali gaji UMR Jakarta, bahkan bisa mendapat penghasilan dua digit untuk proyek yang besar.
Cerita lain datang dari Amali (26), seorang Sosial Media Management. Dia mengaku mengatur keuangannya dengan sistem “kantong-kantong.” Setiap bulan ia menyisihkan uang untuk berbagai kebutuhan makan, transportasi, dan sedikit hiburan.
Baca Juga: Escape Economy ala Gen Z: Tiket Konser Rp8 Juta Ludes di Tengah PHK Massal, Apa Motivasinya?
Tapi untuk hal ekstra seperti tiket konser atau traveling singkat, ia memilih mengandalkan pekerjaan sampingan sebagai freelancer penulis kreatif atau copy writer. “Saya juga punya adik yang masih sekolah, jadi ya harus bantuin biaya. Gaji utama udah kebagi-bagi. Side job itu penting banget supaya masih ada ruang buat diri sendiri,” ujar Amali
Terakhir ia menonton konser Coldplay, yang digelar15 November 2023 lalu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Sekadar informasi, harga tiket konser grup band asal London tersebut dibanderol mulai dari Rp800 ribu hingga Rp11 juta. yaitu Ultimate Experience.
Kisah mereka menggambarkan wajah ekonomi anak muda saat ini bukan sekadar soal bertahan hidup, tapi juga menciptakan ruang untuk self-reward di tengah tekanan menjadi generasi sandwich dan mahalnya harga kebebasan kecil.
Surya (24), seorang copy writer di sebuah perusahaan kreatif di Jakarta Selatan, mengaku tidak terlalu suka konser, tetapi punya kebutuhan lain yang tak kalah penting untuk memenuhinya kebutuhan entertainment seperti hang out dan liburan bersama teman. “Gue ambil side job biasanya buat tambahan uang nongkrong, nonton film, atau short trip. Itu penting buat jaga kewarasan,” katanya.
Ia melihat side job bukan hanya sebagai cara menambah uang, tapi juga memperluas jejaring dan menjaga kreativitas. “Kadang dari proyek sampingan malah dapat insight atau klien baru,” imbuhnya.
Mencari Ruang Bernapas
Bagi ketiganya, side job bukan sekadar cari uang tambahan tetapi bagian dari strategi hidup. Entah untuk menyisihkan tabungan konser, nongkrong bersama sahabat, atau membantu keluarga, pekerjaan sampingan menjadi semacam “ruang bernapas” di tengah tuntutan zaman yang serba cepat.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan upah riil masyarakat, terutama sejak adanya Undang-Undang Cipta Kerja, semakin tergerus inflasi.
Belum lagi harga makanan membuat anak muda semakin risau. "Data menunjukkan pendapatan masyarakat atau disposable income konsisten terus mengalami penurunan," jelas Bhima dalam keterangannya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 di angka 4,8% lebih rendah dari ekspektasi pemerintah yang menargetkan 5,2%. Pengeluaran rumah tangga masih menjadi penopang utama, tapi komponennya bergeser: makanan-minuman dan hiburan menunjukkan kenaikan.
Sementara kebutuhan sekunder lain seperti perlengkapan rumah tangga dan transportasi pribadi justru turun. “Ini bukan paradoks, tapi refleksi shifting behavior pasca-pandemi. Generasi muda memilih belanja untuk pengalaman, bukan barang. Konser, festival, dan traveling jadi prioritas,” ujar Bhima.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Debrinata Rizky pada 17 Jun 2025