Ekonomi & Pariwisata
BRI Tarik Obligasi Senilai Rp20 Triliun Mulai 29 Oktober 2021
Jakarta, Balinesia.id - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melanjutkan strategi penarikan dana melalui penerbitan obligasi senilai Rp20 triliun usai melaksanakan penambahan modal melalui skema rights issue, .
Kondisi berbanding terbalik dengan kesuksesan rights issue, Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) III ini tidak dicaplok ramai oleh investor. Walhasil, BBRI baru menyerap dana Rp5 triliun hingga akhirnya memutuskan untuk menghentikan penawaran.
“Putusan untuk menghentikan PUB Obligasi Berkelanjutan III terhitung mulai tanggal 29 Oktober 2021,” ucap Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 2 November 2021 sebagaimana dilansir dari Trenasia.com, jejaring Balinesia.id.
- Dewan Bali Sepakati Dana Cadangan hingga TA 2024 Capai Rp250 Miliar
- Investor Inggris Investasikan USD9,29 Miliar Percepat Transisi Energi dan Ekonomi Hijau RI
- Presidensi G20 dan Agenda Cop26, Momentum Indonesia Menata Perekonomian Dunia
Alasan disampaikan Emiten pelat merah ini, lantaran pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang progresif pada tahun ini membuat likuidasi perseroan terpenuhi.
Dari laporan keuangan kuartal III-2021, DPK BRI menyentuh Rp1.135,31 triliun atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1.131,93 triliun.
Selain itu, dana hasil rights issue BRI yang terserap hingga Rp95,9 triliun diklaim Aestika mumpuni untuk menopang likuiditas dalam rangka menggenjot penyaluran kredit.
“Hasil Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu meningkatkan likuiditas Perseroan,” Aestika menjelaskan.
Diketahui, rights issue emiten pelat merah ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Rights issue ini merupakan langkah awal BRI untuk menjadi induk Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro.
Kekinian, BRI mengempit 99,99% saham di PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Meski penarikan dana memalui skema penerbitan obligasi tidak sepenuhnya berhasil, BRI tetap menaruh proyeksi penyaluran kredit di kisaran 6%-7% year on year (yoy) pada 2021.
"Bagi BRI sumber pertumbuhan ada dua, pertama nasabah eksisting yang kita ikuti dan bina, kita naikkan kelasnya dan akan jadi potensial loan demand tersendiri," kata Direktur Utama BRI Sunarso pada konferensi pers minggu lalu.
Sampai kuartal III-2021,total kredit BRI secara konsolidasi sebesar Rp1.026,42 triliun atau meningkat 9,74% yoy dari posisi sebelumnya Rp935,35 triliun.
Pertumbuhan kredit yang hampir mencapai double digit ini turut mendongkrak Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI menjadi 83,27%. Kendati demikian, Sunarso mengaku LDR saat ini masih kurang optimal.
Menurut Sunarso, LDR di kisaran normal 90%-92%. Ini adalah pekerjaan rumah untuk perbankan untuk meningkatkan kredit lagi.
"LDR di bawah 90% menurut saya belum optimal, perlu kita dorong terus penyaluran kredit,” tegas dia.
Kinerja intermediasi yang meningkat serta adanya entitas bisnis baru mendorong total aset BRI melejit hingga 11,87% yoy. Total aset BRI menggunung dari Rp1.447,85 triliun menjadi Rp1.619,77 triliun.
HIngga kuartal III-2021 ini, permodalan BRI yang tampak dari Capital adequacy ratio (CAR) parkir di level 24,54%.
“Modal dan pencadangan kita akan terus perkuat, kami tidak ingin foya-foya membukukan pendapatan ke laba. Harus kita salurkan untuk perkuat dua aspek itu,” Sunarso menambahkan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhamad Arfan Septiawan pada 02 Nov 2021