Feature
Benarkah Kita Terjebak Kecanduan Doomscrolling? Ini Penjelasannya
JAKARTA - Doomscrolling atau disebut juga doomsurfing adalah suatu fenomena di mana Anda terus-menerus menggulir atau menjelajahi media sosial dan situs berita lainnya untuk mengikuti berita terbaru, bahkan ketika beritanya adalah berita buruk.
Istilah doomscrolling sendiri pertama kali mulai digunakan di Twitter (atau yang saat ini disebut X) pada tahun 2018 namun semakin populer digunakan ketika dimulainya pandemi COVID-19 pada bulan Maret dan April 2020.
Apakah Anda Melakukan Doomscrolling?
Menurut psikoterapis dan pelatih Tess Brigham, MFT, seperti dilansir oleh TrenAsia.com dari laman website resmi Very Well Mind, ketika Anda telah menghabiskan beberapa menit atau bahkan berjam-jam asyik membaca cerita atau posting online dan postingan tersebut cenderung dari jenis yang merugikan kemungkinan Anda telah menghabiskan waktu Anda untuk melakukan doomscrolling.
"Doomscrolling terjadi ketika Anda menyadari bahwa Anda telah sampai di sebuah cerita atau posting tanpa mengetahui bagaimana Anda bisa sampai di sana. Anda tidak dapat mengingat mengapa Anda bahkan menggunakan ponsel Anda, tetapi Anda telah membaca ratusan komentar atau retweet dari seseorang yang bahkan tidak Anda ikuti." jelasnya
- Waspada! Ini 10 Tanda Anak Remaja Anda Mungkin Korban Bully
- Membandingkan Kinerja Pengelolaan Kekayaan BRI dan BCA
- Waspadai Penipuan Menggunakan Kloning Suara AI, Ini Cara Mendeteksinya
Siapa Orang-Orang yang Mudah Terjebak dalam Doomscrolling?
Brigham mengatakan bahwa orang-orang yang bergumul dengan kecemasan atau gangguan terkait kecemasan seperti: gangguan panik, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan kecemasan sosial sangat rentan terkena doomscroll karena “ kecemasan adalah tentang kendali atau kurangnya kendali.”
“Semakin kita merasa cemas, semakin kita mencoba dan mengendalikan situasi dan orang-orang di sekitar kita," kata Brigham.
"Mendapatkan informasi sepertinya cara yang baik untuk mengendalikan apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi sebenarnya hanya menciptakan lebih banyak kecemasan dan ketakutan." tambahnya.
Mengapa Kita Melakukan Doomscrolling?
Seseorang mungkin tahu jika doomscrolling hanya akan berdampak buruk pada kesehatan mentalnya, namun mengapa mereka tetap melakukannya?
Brigham menjelaskan “Orang-orang melakukan doomscrolling karena berbagai alasan,” katanya. “Alasan utamanya adalah sebagai cara untuk merasa memegang kendali di dunia yang terasa sangat tidak terkendali sepanjang waktu.”
Dia merujuk pada perasaan, "Jika saya tahu apa yang terjadi, saya bisa lebih siap ketika keadaan menjadi buruk," sebagai alasan untuk doomscrolling. Mereka merasa ketakutan bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi yang tidak Anda sangka akan datang sehingga doomscrolling menjadi cara yang efektif untuk tetap siap.
- 10 Bank Syariah Terbesar di Dunia pada Tahun 2023
- Kenali Hari Tanpa Diskriminasi Sedunia yang Dirayakan Setiap Tanggal 1 Maret
- Cara Beli Tiket Konser Sum 41 di Jogja Masih Tersedia
“Kita terprogram untuk bertahan hidup dan melihat hal-hal yang berpotensi membahayakan diri kita,” Brigham menjelaskan lebih lanjut. “Itu sudah ada dalam DNA kita, dan nenek moyang kita membutuhkan kemampuan ini untuk bertahan hidup. Meskipun dunia kita sangat berbeda, kita masih memiliki dorongan untuk menjaga diri kita tetap aman, yang menurut kita dapat dilakukan dengan membaca berita negatif.”
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 10 Jul 2023