Feature
3 Dampak Toxic Positivity pada Kesehatan Mental
JAKARTA - Toxic positivity dapat terjadi di mana saja, bahkan di tempat kerja. Hal ini dapat berbentuk seperti email yang selalu bersemangat dan ceria, meremehkan situasi kerja yang sulit, atau bahkan atasan yang memberi tahu karyawan yang stres untuk tetap tersenyum dalam menghadapi tantangan.
Dampak Toxic Positivity Terhadap Kesehatan Mental
Meski pada awalnya sikap positif ini tidak bertujuan untuk membuat kondisi kesehatan mental jadi memburuk, seringkali toxic positivity justru banyak merugikan daripada menguntungkan. Inilah dampak dari toxic positivity pada kesehatan mental dan kinerja karyawan.
1. Membuat Perasaan Jadi Tidak Valid
Saat karyawan bergumul dengan beban kerja yang berat dan manajer justru menyuruh mereka untuk bergembira dan fokus pada kebaikan, hal ini justru membuat perasaan karyawan jadi tidak dihargai dan seolah-olah kelelahan yang dirasakannya tidak betul-betul nyata.
Padahal, kelelahan tersebut benar-benar terjadi, tapi karena toxic positivity, karyawan dan manajer justru tidak fokus pada penyelesaian dan lebih memilih mengabaikan permasalahan tersebut.
- 5 Rekomendasi Drama dan Film di Viu untuk Hangatkan Momen Natal dan Tahun Baru
- Waspada! Kenali Diabetes dan Cara Sederhana Mencegahnya
- 5 Cara Mencapai Work Life Balance Agar Tidak Stres
2. Menciptakan Budaya Pengabaian
Ketika perasaan negatif terus-menerus disingkirkan dengan kalimat semuanya akan baik-baik saja, hal itu justru akan menciptakan budaya pengabaian.
Jika hal tersebut terjadi, maka memulai pembicaraan atau diskusi jadi lebih sulit untuk dilakukan karena karyawan terbiasa berpura-pura bahwa segala sesuatunya baik-baik saja, meski sebenarnya tidak.
Tidak lama kemudian, semua orang lebih memilih menghindari masalah yang sebenarnya daripada bekerja sama meraih solusi yang efektif. Pada akhirnya, toxic positivity justru akan menyebabkan kurangnya komunikasi dan kolaborasi yang berdampak pada produktivitas dan kesuksesan tempat kerja secara keseluruhan.
3. Menimbulkan Perasaan Malu
Jika semua rekan kerja tetap tersenyum bahkan ketika pekerjaan sulit, tapi hanya Anda yang tampak kesulitan, Anda mungkin mulai mempertanyakan diri sendiri dan bertanya-tanya mengapa mental Anda tidak sekuat rekan-rekan Anda.
Menilai diri sendiri karena merasa kurang bahagia dapat menimbulkan emosi sekunder seperti rasa malu yang dapat merugikan kesehatan mental, harga diri, dan membatasi kemampuan Anda untuk mencari hubungan yang bermakna. Bahkan, rasa malu tersebut dapat menghalangi Anda mencapai kesuksesan di dunia kerja.
- Demi Tutupi Tagihan, Mayoritas Gen Z Terpaksa Harus Ambil Pekerjaan Sampingan
- Ini Dia Daftar Promo Harbolnas, Dari Wingstop hingga Kopi Kenangan
- Ternyata Begini Sejarah Harbolnas 12.12 yang Selalu Ditunggu-tunggu
Itu tadi penjelasan mengenai dampak toxic positivity di lingkungan kerja, apakah Anda sempat mengalaminya?