Indonesia
Selasa, 05 November 2024 19:30 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA- Raja dan Ratu Spanyol akhir-akhir ini ramai diperbincangkan banyak orang akibat kabar mereka yang diketahui dilempari lumpur dan benda-benda lain oleh pengunjuk rasa yang marah saat berkunjung ke Valencia yang dilanda banjir.
Teriakan "pembunuh" dan "memalukan" ditujukan kepada pasangan kerajaan, perdana menteri Spanyol, dan para pemimpin lainnya saat mereka berjalan melewati kota Paiporta. Salah satu kota yang paling parah terkena dampak di wilayah tersebut.
Dengan lumpur di wajah dan pakaian mereka, Raja Felipe dan Ratu Letizia kemudian terlihat menghibur warga.
Lebih dari 200 orang meninggal akibat banjir. Ini menjadi yang terburuk di Spanyol selama beberapa dekade. Petugas darurat terus menyisir tempat parkir mobil dan terowongan bawah tanah dengan harapan menemukan korban selamat dan jenazah yang ditemukan.
Ada kemarahan atas anggapan kurangnya peringatan dan dukungan yang tidak memadai dari pihak berwenang setelah banjir.
Rekaman menunjukkan sang raja berjalan kaki. Sebelum kemudian para pengawal dan polisi tiba-tiba kewalahan menghadapi gelombang pengunjuk rasa. Mereka melontarkan hinaan dan berteriak.
Mereka berjuang untuk mempertahankan lingkaran perlindungan di sekeliling raja. Sementara beberapa pengunjuk rasa melemparkan lumpur dan benda-benda. Raja berinteraksi dengan beberapa orang, bahkan memeluk mereka.
Gambar-gambar menunjukkan lumpur di wajah dan pakaian raja, ratu dan rombongannya, yang memegang payung di atas raja saat mereka berangkat.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dan kepala pemerintahan daerah Valencia, Carlos Mazón, bergabung dengan pasangan kerajaan tersebut dalam kunjungan tersebut. Tetapi segera dievakuasi karena kerumunan semakin bermusuhan.
Media Spanyol melaporkan benda-benda dilemparkan ke arah Sánchez, sementara rekaman memperlihatkan batu-batu dilemparkan ke mobilnya saat ia dibawa pergi. Setelah dia pergi, massa berteriak: "Di mana Sánchez?"
"Saya baru berusia 16 tahun," kata seorang anak laki-laki, Pau, kepada BBC sambil menangis. "Kami membantu, tetapi para pemimpin tidak berbuat apa-apa. Orang-orang masih sekarat. Saya tidak tahan lagi dengan semua ini."
Seorang wanita lain berkata: "Mereka meninggalkan kami untuk mati. Kami kehilangan segalanya: bisnis kami, rumah kami, impian kami."
Rombongan kerajaan bermaksud melanjutkan perjalanan ke Chiva, kota lain di provinsi Valencia yang terkena dampak parah banjir, tetapi kunjungan itu telah ditunda. Raja kemudian mengatakan dia memahami kemarahan dan frustrasi para pengunjuk rasa. Hal itu diungkapkan dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram keluarga kerajaan.
Wali kota Paiporta, Maribel Albalat, mengatakan kepada BBC bahwa dia terkejut dengan kekerasan tersebut, “Tetapi kami memahami rasa frustrasi dan putus asa masyarakat," katanya.
Juan Bordera, anggota parlemen Valencia, menyebut kunjungan raja sebagai keputusan yang sangat buruk. “Pihak berwenang tidak mendengarkan peringatan apa pun," kata Bordera kepada BBC.
“Wajar saja kalau masyarakat marah, wajar saja kalau masyarakat tidak mengerti mengapa kunjungan ini begitu mendesak,” imbuhnya.
Pada hari Sabtu, Sánchez memerintahkan 10.000 tentara, petugas polisi, dan penjaga sipil ke daerah tersebut. Ia mengatakan pengerahan pasukan itu merupakan yang terbesar di Spanyol pada masa damai. Namun, ia menyadari tanggapan yang diberikan tidak cukup. Dia juga mengakui adanya masalah dan kekurangan yang serius.
Banjir mulai terjadi pada hari Selasa, setelah hujan deras selama beberapa waktu. Banjir dengan cepat menyebabkan jembatan runtuh dan kota-kota diselimuti lumpur tebal. Banyak masyarakat yang terputus, tidak memiliki akses terhadap air, makanan, listrik, dan layanan dasar lainnya.
Pada hari Minggu, jumlah korban tewas akibat banjir meningkat menjadi 217 orang, dan banyak lagi yang dikhawatirkan hilang. Hampir semua kematian yang dikonfirmasi sejauh ini terjadi di wilayah Valencia di pantai Mediterania.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 04 Nov 2024
2 bulan yang lalu