balinesia.id

Sumber Blue Carbon, Laut dan Pesisir Harus Dijaga

Sabtu, 12 November 2022 18:26 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

Gurnita.jpeg
Pergelaran Orkestra Semesta “Ghurnita Samudra Murti" (Balinesia.id/Yayasan Puri Kauhan Ubud)

Gianyar, Balinesia.id – Laut dan pesisir merupakan ekosistem yang menyerap, menyimpan, dan melespaskan cadangan emisi karbon (blue carbon). Oleh karena itu, dua ekosistem tersebut perlu dijaga.

“Dalam konteks hari ini, laut adalah sumber kehidupan bagi seluruh masyarakat, bukan saja nelayan dilihat dari laut yang menyediakan sumber ekonomi, pangan, dan juga peran penting terhadap ketahanan iklim yakni bluecarbon,” kata Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana di sela-sela pergelaran Orkestra Semesta “Ghurnita Samudra Murti” yang digelar sebagai rangkaian Program Sastra Saraswati Sewana “Tirtha Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara” Yayasan Puri Kauhan Ubud, Sabtu, 12 November 2022.

Baca Juga:

Ari mengatakan bahwa berdasarkan sejumlah laporan penelitian, ekosistem pesisir sangat efektif dalam menyerap karbon. Kemampuan menyerap karbon ini bahkan disebut lebih baik dari hutan di daratan. “Ekosistem pantai juga disebutkan berbagai penelitian sebagai sumber penyerap karbon yang mampu membuat kita beradaptasi dalam fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini,” kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud ini.

Meskipun memegang fungsi yang sentral, namun saat ini banyak ekosistem pesisir dan laut mengalami beragam tantangan. Terumbu karang rusak, hutan mangrove banyak yang dibabat, sedangkan laut jadi “TPA” sampah plastik. Kerusakan-kerusakan iklim inilah yang disinyalir menciptakan berbagai persoalan lingkungan yang belakangan semakin sering terjadi.

Peran sentral laut dan pesisir itu dinilai sejalan dengan keyakinan masyarakat Bali yang memandang laut dan pesisir dalam dualitas, yakni sebagai bhuta yang bersifat disrupsi dan sebagai dewa yang bersifat konstruktif. “Dalam wajah butha ini seperti penderitaan yang disebabkan wabah, bencana, dan lain lain itu bersumber dari laut. Sementara itu, wajah Dewa Laut itu dilihat bahwa sumber kehidupan itu ada di dalam dasar samudranya laut,” katanya.

Oleh karena itulah, Ari mengajak semua pihak untuk menjaga air dari hulu ke hilir. Sebab, menurutnya, kerusakan satu ekosistem akan mempengaruhi ekosistem lainnya. “Di hilir seperti saat ini, kami coba berkegiatan untuk mendorong upaya memperkuat ekonomi pesisir, ajakan menjaga ekologi pesisir, dan membangkitka budaya pesisir dengan pagelaran seni,” katanya.

Hal senada dinyatakan Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki. Ia berpendapat bahwa upaya-upaya penyadaran dalam pelestarian lingkungan perlu terus dilakukan. Penyadaran menjaga lingkungan diyakini akan mampu memaksimalkan potensi alam Indonesia dalam menghidupi masyarakat lokal. 

“Kita ini punya kekuatan ekonomi lokal hasil laut. Sebagai pembanding Norwegia salah satu penghasilannya yang terbesar saat ini itu dari budidaya salmon. Ini luar biasa, sementara Indonesia punya Tuna, Lobster dan sebagainya, ini seharusnya bisa jadi kekuatan ekonomi kita,” katanya. jpd