balinesia.id

Meretas Batas Artistik, Pameran "Soul of Sanur" Sajikan 60 Karya Seni Rupa

Kamis, 06 Oktober 2022 09:35 WIB

Penulis:E. Ariana

Editor:E. Ariana

Karya.jpg
Para perupa dan kurator pameran "Soul of Sanur" berfoto bersama di depan salah satu karya yang dipamerkan. (Balinesia.id/jpd)

Denpasar, Balinesia.id - Sebanyak 14 orang perupa yang terhimpun dalam Himpunan Perupa Sanur (HPS) menggelar pameran bertajuk "Soul of Sanur" di Santrian Gallery, Sanur, Bali. Ada 60 karya seni rupa ditampilkan pada pameran yang akan dibuka tanggal 7 Oktober 2022 hingga 7 Desember 2022.

Empat belas perupa yang ambil bagian antara lain Donik Dangin, Ida Bagus Ariana, Ida Bagus Putu Gede Sutama, Ida Bagus Rai Janardana, Ida Bagus Mayun, Ida Bagus Putu Purwa, Ni Nyoman Sani, I Made 'Dolar' Astawa, Made Parma, I Made Sudibia, I Wayan Paramarta, Kadek Dwi Armika, Teja Astawa, dan Wayan Apel Hendrawan.

Baca Juga:

"Karya-karya yang ditampilkan sangat beragam. Dalam kelompok ini ada perpaduan generasi senior juga ada generasi baru. Ini mencirikan unsur Sanur yang kuat, di mana Sanur sebagai daerah perlintasan budaya, sehingga karya yang dihasilkan sangat beragam, baik dari sisi tema maupun bentuk," kata kurator pameran, Rifky 'Goro' Effendy di Santrian Gallery, Kamis, 6 Oktober 2022.

Rifky 'Goro' melanjutkan, 56 karya yang ditampilkan pada pameran tersebut adalah berupa karya dua dimensi, sedangkan empat karya lainnya adalah karya tiga dimensi. Dua karya patung adalah hasil proses kreatif IB Putu Gede Sutama. Karya tersebut dibuat dari dayung dan alat pertanian dan membentuk wujud capung dan tikus. "Dua karya ini penuh simbolik," katanya.

Sementara itu, karya patung lainnya adalah karya Donik Dangin yang menampilkan perahu jukung utuh dengan penuh lukisan sehingga memberi kesan artistik yang kuat. Sementara, Kadek Dwi Armika menampilkan instalasi layang-layang.

Selanjutnya, karya IB Purwa menampilkan berbagai fragmen kehidupan sehari-hari pesisir Sanur. Perupa Nyoman Sani menampilkan abstraksi yang berasal dari bentuk kerang dengan garis imajinatif, sedangkan 'Dolar' Astawa menampilkan karya abstrak yang berpijak pada "ketidaksengajaan".

IB Janardana menampilkan karya-karya yang memvisualkan arus lalu lintas Sanur, sementara Made Parma menghadirkan visual siklus kehidupan burung yang penuh simbolik.

Perupa Wayan Paramarta menampilkan tiga karya potret anak perempuan dengan berbagai gestur menghadap pada jendela kaca. Teja Astawa menghadirkan lukisan yang berpijak dari tafsir lukisan Kamasan.

Proses kreatif Apel Hendrawan adalah lukisan dengan visual manusia yang realis dengan gerakan seperti adegan tarian baris dengan kesan dimanis yang kental. "Made Sudibia menampilkan sosok perempuan yang sedang menjalankan ritual yang cenderung distorsif dan formalis," kata Rifky.

IB Ariana menyajikan lukisan dengan aspek kemistisan dalam keseharian, sedangkan karya-karya Ida Bagus Mayun memvisualkan kehidupan desa Bali pada masa lalu melalui fragmen-fragmen kisah pewayangan.

"Melalui karya yang disajikan, 'Soul of Sanur' memberikan gambaran tentang perkembangan seni rupa kontemporer di Bali saat ini, khususnya Sanur yang bukan saja menampilkan garapan artistik dan estetik, tapi menyajikan bagaimana seni rupa di Sanur tampil beriringan dengan perubahan," kata dia.

Perwakilan seniman, IB Putu Gede Sutama mengatakan pameran "Soul of Sanur" sebagai ekspresi artistik mereka yang berpijak pada semangat meneruskan tanggung jawab estetik. "Pameran ini wujud spirit dari seniman Sanur yang bertanggung jawab pada perkembangan artistik mazhab seni Sanur," katanya.

Ia pun mengisahkan dinamika kesenian Sanur yang telah bergulir sejak tahun 1930-an, ketika pariwisata mulai digarap oleh Pemerintah Kolonial Belanda kala itu. "Saat itu Sanur sebagai daerah pariwisata yang pertama di Bali turut berpengaruh pada kesenian, sehingga melahirkan seni mazhab Sanur yang salah satunya diinisiasi oleh Sanur School. Tanggung jawab seni inilah yang kami lanjutkan eksistensinya melalui pameran yang turut melibatkan seniman generasi muda," katanya. jpd