Kasus Korupsi
Kamis, 03 Oktober 2024 18:12 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA- Israel dan Iran diketahui telah mengeluarkan ancaman pembalasan satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, hal ini mendorong kekhawatiran lama atas eskalasi menuju perang regional ke tingkat yang lebih tinggi.
Israel, dengan dukungan dari sekutunya Amerika Serikat telah berjanji untuk menanggapi serangan rudal besar yang diluncurkan Iran pada Selasa 1 Oktober 2024 malam. Iran mengatakan bahwa pembalasan semacam itu akan ditanggapi dengan serangan balasan yang lebih keras.
Sementara itu, Israel pada hari Rabu melanjutkan serangannya terhadap Lebanon dan mengumumkan pihaknya mengirim pasukan tambahan untuk melaksanakan serangan darat yang dilancarkannya pada hari Selasa.
Seperti dilaporkan sebelumnya hampir 200 rudal ditembakkan Iran ke Israel. Serangan ini merupakan respons terhadap pembunuhan baru-baru ini terhadap para pemimpin Hamas, Hizbullah, dan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan Teheran pada Selasa malam bahwa mereka telah “membuat kesalahan besar”.
Al Jazeera melaporkan mengatakan eselon militer dan politik Israel bersikeras bahwa serangan itu tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa balasan.
Pemerintahan Presiden Amerika Joe Biden juga telah memperingatkan Iran tentang konsekuensi serius. Sedangkan Ketua Kongres Amerika dari Partai Republik Mike Johnson mengatakan “dunia membutuhkan Amerika untuk kembali melakukan kampanye tekanan maksimum terhadap Iran”.
Ancaman itu ditanggapi dengan perlawanan. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri mengancam akan mengulangi serangan rudalnya dengan intensitas yang lebih tinggi jika Israel membalas wilayah Iran.
Menteri luar negeri Teheran, Abbas Araghchi, menelepon rekan-rekan Eropanya pada malam hari. Dia memberi tahu mereka bahwa jika Israel mengambil tindakan balasan, respons kami akan lebih keras. Pada hari Rabu, ia mengatakan Teheran telah memperingatkan Amerika terhadap intervensi apa pun.
Meningkatnya ketegangan semakin memunculkan ketakutan lama bahwa perang Israel di Gaza pada akhirnya akan menyebabkan perang habis-habisan di seluruh wilayah.
Di tengah seruan global untuk menahan diri dan mundur dari eskalasi, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu telah menyerukan pertemuan darurat. Hal ini untuk mengatasi konflik yang meningkat.
Akan tetapi, kekerasan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Di Lebanon, kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran pada hari Rabu 2 Oktober 2024 mengatakan para pejuangnya telah bentrok langsung dengan pasukan Israel untuk pertama kalinya sejak 2006.
Tentara Israel sehari sebelumnya telah mencoba menyusup ke negara tersebut di dekat desa Odaisseh. “Kami menimbulkan kerugian pada mereka dan memaksa mereka mundur,” klaim Hizbullah.
Al Jazeera mengatakan ini adalah laporan pertama pertempuran langsung sejak Israel mengumumkan kampanye udara terhadap Hizbullah. "Ketika invasi darat ini diumumkan oleh Israel, terjadi penembakan artileri yang panjang dan intens yang difokuskan pada tiga wilayah. Odaisseh adalah salah satunya. Itu adalah salah satu titik rawan yang akan dimasuki tentara Israel," tulis Aljazeera.
Di bagian lain serangan udara Israel untuk menggempur Lebanon selatan dan Beirut terus terjadi. Pada hari Rabu daerah pinggiran selatan Beirut terkena serangan, dan militer Israel mengatakan mereka telah menargetkan Hizbullah.
Unit Manajemen Risiko Bencana Lebanon pada hari Selasa mengumumkan bahwa 1.873 orang telah meninggal dan 9.134 orang terluka akibat serangan Israel di negara itu sejak 8 Oktober 2023 lalu. Waktu ketika Hizbullah mulai meluncurkan roket ke Israel karena perangnya di Gaza.
“Jumlah pengungsi dari wilayah yang terkena agresi Israel telah melampaui satu juta, termasuk 155.600 orang yang terdaftar di tempat penampungan,” kata laporan itu.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 02 Oct 2024
sebulan yang lalu
2 bulan yang lalu
2 bulan yang lalu