Indonesia
Senin, 05 Juni 2023 11:04 WIB
Penulis:E. Ariana
Jakarta, Balinesia.id – Isu perempuan menjadi titik tumpu pementasan Teater Monolog Drupadi yang dipentaskan pada Sabtu, 3 Juni 2023 di Gedung Kesenian Jakarta. “Warna” wacana perempuan dalam pentas tersebut direpresentasikan dalam bentuk monolog, koreografi, nyanyian, musik, tata cahaya, serta permainan teknologi visual.
Sutradara dan Penulis Naskah Teater Monolog Drupadi, Putu Fajar Arcana mengatakan bahwa kemegahan dan kemewahan hidup masyarakat modern, justru tidak membantunya beranjak dari perbuatan di luar batas-batas logika. Bahkan, prilaku amoral dilakukan oleh orang-orang yang diberi tugas menjaga batas-batas kewarasan sebagai makhluk bernama manusia. Celakanya, dalam rangkaian prilaku bejat itu sebagian besar menimpa perempuan.
“Drupadi adalah representasi dari kehancuran moralitas manusia terendah yang pernah menjadi isu dalam dunia sastra kita. Sebagai perempuan tubuhnya dieksploitasi oleh dua kekuatan dominan di dunia, yakni maskulinitas dan kekuasaan atau masculinity is power,” katanya.
Baca Juga:
Ia menjelaskan tidak mudah untuk mencairkan kekuatan dominan, yang telah melekat selama berabad-abad. Ia memberi contoh betapa maskulinitas dan kekuasaan itu telah menyebabkan begitu banyak kasus tentang pelecehan terhadap perempuan. Kasus-kasus pelecehan secara seksual dan kekerasan terhadap perempuan seperti gunung es, yang hanya terlihat puncak-puncaknya.
Co-Produser Inaya Wahid, dihelat atas kerja sama dengan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indonesia Kaya, dan Sukkha Citta. “Kami memiliki misi yang sama, terutama soal-soal pendidikan dan penyadaran. Jadi, kalau ini dianggap sebagai gerakan boleh juga, tetapi gerakan penyadaran lewat seni dan kebudayaan,” kata Inaya yang juga putri bungsu Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Baca Juga:
Inaya menilai kesenian, dalam hal ini teater, sangat ideal dijadikan arena penyadaran bersama. Hal itu karena seni bergerak di wilayah hati dan emosi. “Seni itu kan langsung ke hati dan panggung adalah refleksi dari wajah kita masing-masing. Dari situ kita berharap muncul sebuah perenungan bersama terhadap nilai-nilai yang kurang baik. Harapannya bisa mengoreksi prilaku kita masing-masing, bersama-sama,” kata dia.
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid yang hadir dalam pementasan tersebut mengatakan bahwa pentas Teater Monolog Drupadi memberi perspektif baru dalam memandang perempuan. “Pentas ini telah memberi kita cara pandang baru terhadap perempuan. Ia berangkat dari masa lalu dan membawa nilai-nilai yang harus kita perbaharui terus-menerus,” kata dia. jpd
18 hari yang lalu