teknologi
Kamis, 26 September 2024 12:09 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA – Di era digital seperti sekarang, adanya platform media sosial telah merevolusi cara kita terhubung, berbagi, dan berinteraksi satu sama lain. Meskipun platform ini memiliki banyak manfaat dan menjanjikan konektivitas yang tak tertandingi, ada banyak penelitian dan bukti anekdot yang menunjukkan bahwa, secara paradoks, platform ini dapat berkontribusi pada rasa kesepian yang meluas.
Kesepian adalah pengalaman emosional dan psikologis yang kompleks yang ditandai dengan perasaan terisolasi dan kekosongan yang mendalam atau keterputusan sosial. Ini berarti bahwa seseorang dapat merasa sendirian bahkan ketika dikelilingi oleh orang lain.
Dilansir dari The School of Positive Psychology, berikut beberapa skenario yang menggambarkan potensi penggunaan media sosial untuk berkontribusi terhadap kesepian.
Berikut beberapa cara media social membuat kita merasa lebih kesepian:
Media sosial menawarkan banyak kesempatan untuk perbandingan. Media sosial memberi kita gambaran singkat tentang kehidupan orang lain, menampilkan momen-momen menarik yang sering terlihat lebih glamor dibandingkan dengan kehidupan kita sendiri. Inilah yang disebut sebagai jebakan perbandingan.
Ketika melihat orang lain memposting tentang pencapaian, kegiatan sosial, atau gaya hidup mereka yang tampak ideal, seseorang mungkin merasa kurang atau terpinggirkan, yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi.
Media sosial memberi kita kesan terhubung dengan banyak orang, tetapi kebanyakan dari hubungan ini hanya semu atau ilusi. Kita saling memberikan tanda suka dan komentar, namun interaksi tersebut belum tentu berlanjut ke pertemuan di dunia nyata. Meskipun media sosial memungkinkan konektivitas yang konstan, interaksi yang diciptakannya sering kali bersifat dangkal.
Jika kalian memiliki banyak teman di dunia maya tetapi tidak ada seorang pun yang bisa diajak bertemu langsung, ini menjadi pengingat nyata bahwa media sosial dapat menciptakan ilusi hubungan sementara, yang justru bisa membuatmu merasa lebih terisolasi dalam kehidupan nyata.
Media sosial kerap kali menyoroti aspek paling menarik dalam kehidupan seseorang, membuat orang lain merasa kehilangan pengalaman dan koneksi, yang dapat memperparah perasaan kesepian.
Sebuah studi oleh Royal Society for Public Health di Inggris mengungkapkan, Instagram merupakan platform media sosial terburuk dalam memicu perasaan kurang mampu, tertinggal, dan kecemasan di kalangan anak muda.
Algoritma media sosial dapat menciptakan ruang gema di mana individu hanya terpapar pada sudut pandang yang mirip dengan sudut pandang mereka sendiri. Hal ini dapat membatasi keberagaman interaksi dan mempersulit untuk merasakan hubungan sejati dengan komunitas yang lebih luas.
Di era media sosial, mudah untuk terbawa arus dalam mengutamakan komunikasi digital dibandingkan interaksi langsung. Kita mulai menjadikan like, komentar, dan share sebagai tolok ukur hubungan, yang pada akhirnya bisa menimbulkan perasaan terputus dan kesepian.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyita waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi secara langsung. Tidak adanya kehadiran fisik dan isyarat non-verbal dapat memperburuk perasaan terisolasi.
Ketika kita lebih menekankan jumlah teman atau pengikut di media sosial, kita cenderung mengabaikan pentingnya membangun hubungan yang berkualitas tinggi. Fokus pada kuantitas daripada kualitas hubungan ini dapat menciptakan ikatan yang dangkal, yang pada akhirnya memperparah perasaan kesepian karena kurangnya koneksi emosional yang mendalam.
Meskipun media sosial berpotensi menghubungkan kita dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, penting untuk menyadari dampaknya terhadap kesehatan mental kita. Kesepian, sebuah pengalaman yang kompleks dan sangat pribadi, memerlukan pendekatan yang beragam untuk mengatasinya secara efektif.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 21 Sep 2024
12 hari yang lalu