Investor
Kamis, 04 Juli 2024 15:55 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA – Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi yang semakin pesat di era digital saat ini membawa banyak dampak positif. Namun, di balik segala keunggulannya, hal tersebut juga membawa dampak negatif. Tindak kejahatan kini turut berevolusi menjadi kejahatan siber.
Salah satu kejahatan siber yang paling terkenal adalah kebocoran data (data leak). Gangguan pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 akibat serangan siber ransomware oleh kelompok Lockbit 3.0. jadi contoh terbaru.
PDNS 2 mengalami masalah sejak 20 Juni 2024, menyebabkan beberapa layanan publik, termasuk imigrasi, terhenti dan baru pulih pada Senin, 24 Juni 2024.
Kasus pembobolan data ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di banyak negara. Berikut negara dengan tingkat kebocoran paling besar di dunia.
Dikutip dari Surfshark, berikut 10 negara dengan tingkat kebocoran data paling banyak per 15 April 2024.
Rata-rata setiap penduduk Amerika Serikat telah kehilangan 37 titik data karena serangan siber sejak tahun 2004. Data yang paling banyak bocor terdiri dari format kompresi data Zip, nama belakang, nama keluarga, nama depan, dan kata sandi, dengan total lebih dari 12,5 miliar titik data.
Lebih dari 4,3 miliar titik data dari Rusia yang bocor. Hal ini meliputi nama depan, nomor telepon, nama belakang, kata sandi, dan lainnya. Salah satu insiden kejahatan siber besar di negara itu adalah penjualan informasi pribadi 60 juta pemegang kartu kredit Sberbank di pasar gelap online pada tahun 2019.
Di Cina, beberapa jenis data yang paling sering bocor mencakup nama, alamat IP (internet protocol), nama pengguna, kata sandi yang enkripsi, dan kata sandi, dengan jumlah sekitar 2 miliar. Salah satu insiden kebocoran yang mencolok adalah ketika data 364 juta pengguna WeChat dan QQ terungkap pada Maret 2019.
Jenis data yang sering bocor di Prancis meliputi tanggal lahir, kata sandi enkripsi (password hash), nama pengguna, dan kata sandi. Total data yang telah bocor di negara itu mencapai lebih dari 1,4 miliar. Salah satu insiden terbesarnya adalah serangan ransomware terhadap perusahaan asuransi AXA pada Mei 2021.
Dengan lebih dari 1,2 miliar data yang bocor, negara ini masuk dalam daftar negara dengan kasus kebocoran data terbanyak. Salah satu insiden terbesar dalam sejarah negara ini terjadi pada tahun 2020, di mana 243 juta data pribadi yang terdampak, termasuk nama lengkap, alamat, dan nomor telepon.
Di India, lebih dari 1,2 miliar data telah terekspos, termasuk nama depan, nomor telepon, dan kata sandi. Beberapa perusahaan yang menjadi target kejahatan siber termasuk basis data Aadhaar, BigBasket, Air India, Dominos, dan State Bank of India.
Lebih dari 1,06 miliar data telah bocor di negara ini, yang paling banyak bocor mencakup nama, username, dan kata sandi. Salah satu insiden pelanggaran data terbesar di negara ini melibatkan pengecer dan penyedia layanan elektronik, Dixons Carphone, yang kehilangan 14 juta catatan pribadi dan 5,6 juta informasi kartu pembayaran pada Juli 2017.
Sekitar 986 juta data di Jerman bocor, yang meliputi alamat IP, username, dan kata sandi. Pada Agustus 2019, penyidik di negara bagian Hessen menangkap seorang peretas yang bertanggung jawab atas kasus kebocoran data terbesar di negara itu pada periode 1-28 Desember 2018. Data yang dicuri mencakup nomor ponsel, riwayat obrolan pribadi, dan detail kartu kredit dari ratusan politisi.
Italia tercatat lebih dari 645 juta data telah bocor. Jenis data yang sering menjadi target kejahatan siber adalah tanggal lahir, nama depan, username, dan kata sandi. Salah satu kasus yang terkenal adalah ketika data dari lebih dari 750 ribu pelanggan UniCredit terekspos pada tahun 2018.
Lebih dari 621 juta data di kanada telah terekspos. Salah satu insiden siber terbesar terjadi pada Desjardins Group yang mengumumkan terungkapnya 4,2 juta data pelanggan pada Juni 2023.
Itu dia negara-negara dengan kasus kebobolan data seperti halnya yang ada di Indonesia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 30 Jun 2024