Feature
Tips Hadapi Tantangan Finansial di Gig Economy, Gen Z Wajib Tahu!
JAKARTA – Generasi Z kini menjadi kekuatan penting dalam perkembangan gig economy, yaitu sistem kerja berbasis proyek jangka pendek yang menawarkan fleksibilitas tinggi bagi para pekerja.
Kebebasan mengatur waktu, kesempatan memilih proyek sesuai minat, serta peluang pendapatan yang menjanjikan membuat banyak anak muda tertarik untuk masuk ke dunia kerja ini.
Mereka bisa bekerja dari mana pun, mencoba berbagai jenis pekerjaan sekaligus, hingga membangun portofolio yang lebih variatif dibandingkan pekerja pada umumnya.
Namun di balik kebebasan tersebut, tersimpan sejumlah tantangan finansial yang perlu diwaspadai. Pendapatan pekerja gig cenderung fluktuatif karena sangat bergantung pada jumlah proyek atau klien yang berhasil didapat.
Selain itu, tidak adanya gaji tetap, tunjangan, jaminan sosial, maupun fasilitas kesehatan seperti yang biasanya diterima karyawan penuh waktu membuat mereka perlu lebih mandiri dalam merencanakan keuangan.
- Menguak Alasan Kembalinya NewJeans yang Menghebohkan dan Picu Perdebatan
- Mengenal Hari Ayah dan Menyorot Potret Fenomena Fatherless di Indonesia
- Bukti Digitalisasi Sukses, BRImo Catat 44,4 Juta User dan Transaksi Harian Rp25 Triliun
Jika tidak diatur dengan baik, pola kerja yang fleksibel ini justru dapat memicu gaya hidup konsumtif, kurangnya tabungan, hingga kesulitan finansial saat proyek sedang sepi.
Baca juga : Bintangi The Manipulated! Begini Perjalanan Karier Ji Chang Wook
Dilansir dari laman Investopedia, Selasa, 11 November 2025, berikut sederet langkah yang bisa ditempuh Gen Z agar kehidupan tetap stabil meski di era Gig Economy
Cara Menjaga Keuangan di Era Gig Economy untuk Gen Z
Anggaran dan Dana Darurat Jadi Kunci
Pakar keuangan menyarankan pekerja lepas untuk membuat anggaran yang fleksibel dan disesuaikan setiap bulan. Setiap pemasukan dan pengeluaran sebaiknya dicatat secara rutin agar pengeluaran tetap terkendali.
Selain itu, memiliki dana darurat yang lebih besar, idealnya cukup untuk menutup biaya hidup selama enam hingga dua belas bulan — menjadi langkah penting menghadapi ketidakpastian pendapatan. Disarankan pula untuk menabung otomatis setiap kali menerima bayaran.
Atur Pajak dan Asuransi Secara Mandiri
Karena tidak memiliki pemotongan pajak otomatis dari pemberi kerja, pekerja gig economy perlu menyisihkan 25–30% dari pendapatan untuk membayar pajak.
Gen Z juga disarankan untuk memiliki asuransi kesehatan dan perlindungan kerja mandiri, mengingat risiko kehilangan penghasilan akibat sakit atau kecelakaan jauh lebih tinggi dibanding pekerja tetap.
Hindari Gaya Hidup Konsumtif
Dengan sifat pekerjaan yang fleksibel dan banyak dilakukan secara daring, pekerja muda sering tergoda oleh gaya hidup konsumtif. Para ahli mengingatkan pentingnya menahan belanja impulsif dan memprioritaskan pengeluaran untuk hal produktif seperti pengembangan skill dan investasi jangka panjang.
Mulai Berinvestasi Meski dengan Nominal Kecil
Meski penghasilan tidak menentu, pekerja lepas disarankan mulai berinvestasi secara rutin. Nominal kecil tetap bermanfaat jika dilakukan konsisten. Instrumen yang cocok antara lain reksa dana, saham, atau tabungan pensiun mandiri.
Baca juga : Harga Emas Naik, BRMS dan PSAB Jadi Rekomendasi Saham Trading Hari Ini
Diversifikasi Penghasilan dan Skill Digital
Untuk mengurangi risiko kehilangan penghasilan, pekerja gig economy sebaiknya tidak bergantung pada satu klien atau proyek saja.
Mengembangkan keahlian digital seperti desain grafis, analisis data, dan pemasaran online dapat memperluas peluang dan menambah nilai tawar di pasar kerja.
Kelola Keuangan Secara Profesional
Pekerja lepas juga disarankan untuk menggunakan aplikasi keuangan guna mengatur anggaran, mencatat transaksi, dan memantau investasi.
Sikap profesional seperti seorang “CFO pribadi” dapat membantu menghindari keputusan keuangan yang emosional dan menjaga stabilitas finansial jangka panjang.
Kebebasan Harus Diimbangi Disiplin
Pada akhirnya, gig economy memberi ruang kebebasan yang luas bagi Gen Z untuk berkreasi dan mengatur waktu sendiri. Namun, kebebasan itu harus diimbangi dengan disiplin finansial dan perencanaan yang matang agar kehidupan tetap fleksibel sekaligus aman secara ekonomi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 11 Nov 2025
