Ternyata Ini Alasan Vietnam Diprediksi Jadi Poros Industri EV Asia

Ternyata Ini Alasan Vietnam Diprediksi Jadi Poros Industri EV Asia (VinFast)

JAKARTA - Vietnam kini menjelma menjadi salah satu kekuatan paling agresif di industri kendaraan listrik global. Tak hanya memperluas pasar domestiknya dengan cepat, negara ini juga berhasil mendorong ekspansi internasional melalui VinFast, sebuah produsen otomotif yang menjadi simbol tekad Vietnam menantang dominasi raksasa dunia seperti Tesla, BYD, dan Volkswagen.

Dalam kurun lima tahun terakhir, Vietnam bahkan mampu bertransformasi dari pasar otomotif tradisional menjadi pusat pertumbuhan kendaraan listrik (EV) di kawasan Asia Tenggara.

Menurut laporan Nikkei Asia pada Rabu, 22 Oktober 2025, pada paruh pertama tahun ini, kendaraan listrik telah menyumbang 42% dari total penjualan mobil baru di Vietnam, menempatkannya sebagai negara dengan pangsa pasar EV terbesar di dunia.

Hingga Agustus 2025, Vietnam tercatat sebagai pasar kendaraan listrik baterai (BEV) terbesar kedua di ASEAN, hanya kalah dari Thailand. Pangsa pasar kendaraan listrik di Vietnam kini mencapai 26% dari total penjualan mobil nasional.

Lonjakan ini didorong oleh kombinasi kebijakan pemerintah yang pro-lingkungan, peningkatan fasilitas pengisian daya, serta strategi industrialisasi yang agresif. 

Produksi industri Vietnam pun tumbuh 13,6% pada September 2025, dengan sektor manufaktur naik 12,7%, menunjukkan kuatnya kapasitas produksi nasional yang menopang ekosistem EV.

Laju Pesat VinFast

VinFast, anak perusahaan konglomerat Vingroup menjadi wajah utama transformasi industri otomotif Vietnam. Dengan strategi ekspansi global yang ambisius, VinFast kini telah menembus pasar Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Di Amerika Serikat, perusahaan ini membangun pabrik di North Carolina dengan target produksi 150.000 kendaraan per tahun, sekaligus memperluas jaringan 173 showroom EV secara global hingga akhir 2024. 

Sementara di Eropa, VinFast membuka showroom di Jerman, Prancis, dan Belanda, serta menggandeng E.ON untuk mengembangkan ekosistem pengisian daya.

Di kawasan Asia, VinFast memperkenalkan diri lewat ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024, disusul pembangunan pabrik di India dan rencana membangun 100.000 stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia dalam tiga tahun ke depan. Langkah ini menegaskan ambisi Vietnam untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai basis ekspansi utama.

Meski bergerak cepat, jalan VinFast tak sepenuhnya mulus. Di Eropa, perusahaan menghadapi persaingan ketat dengan merek-merek besar seperti Volkswagen dan BMW, serta pemain asal China seperti BYD yang telah lebih dulu menguasai pasar dengan strategi harga agresif dan kemitraan lokal.

Selain itu, VinFast juga masih berjuang membangun citra merek dan kepercayaan konsumen global. Beberapa laporan mengenai masalah teknis dan layanan purna jual menimbulkan tantangan tambahan. 

Dinilai Berisiko

Langkah VinFast yang memilih menjual mobil langsung tanpa jaringan dealer tradisional juga dinilai berisiko oleh pengamat industri.

Namun, para analis melihat strategi Vietnam ini sebagai momentum penting bagi kebangkitan industri otomotif Asia Tenggara. 

“VinFast bukan sekadar produsen mobil, tetapi simbol bagaimana negara berkembang bisa naik kelas ke rantai industri global,” kata seorang analis pasar di Nikkei Asia, dikutip Rabu, 22 Oktober 2025.

Dengan dukungan penuh pemerintah, infrastruktur pengisian yang terus berkembang, dan ambisi global yang tak surut, Vietnam tampaknya siap menjadi poros kendaraan listrik Asia. VinFast kini bukan hanya merek lokal, melainkan duta besar ekonomi baru Vietnam di panggung dunia.

Jika tren pertumbuhan dan ekspansi ini berlanjut, tidak mustahil Vietnam akan menjadi pemain utama dalam transisi energi bersih global, sekaligus pesaing nyata bagi produsen otomotif raksasa dari Amerika, Eropa, maupun China.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 23 Oct 2025 

Editor: Redaksi

Related Stories