Baliview
“Widyatula” II Bulan Bahasa Bali 2021 Diskusikan Kegunaan Tumbuhan sebagai Obat hingga Perawatan Kecantikan
Denpasar, Balinesia.id – Widyatula atau seminar serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021 memasuki edisi kedua. Mengambil topik “Widyosabha: Pangwruh Usadha Bali pinaka Tamba Urip”, seminar tersebut digelar secara daring, Selasa (9/2/2021).
Seperti gelaran widyatula edisi sebelumnya, gelaran kala itu menghadirkan tiga orang narasumber yang konsen di bidangnya. Mereka membahas persoalan tumbuhnan di lingkungan sekitar yang bisa dijadikan obat.
Ketiga narasumber tersebut meliputi dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. I Gusti Putu Surya Darma; Staf Pusat Kajian Lontar Universitas Udayana, Putu Whidi Kurniawan, S.S., M.Hum.; dan dosen UNHI Denpasar, Ir. Cokorda Putra, M.Si. Prof. Surya Darma membawakan materi tentang “Pangweruh Usada Bali pinaka Tamba Urip (Atita Wartamana Nagata)”, Cokorda Putra membawakan makalah berjusul “Usada Bali lan Usada Taru Pramana”, sedanngkan Widhi Kurniawan membarakan materi “Indrani Sastra: Ngupapira Kaayuan Anak Istri sajeroning Lontar”.
Prof. Surya Darma menyampaikan, generasi muda mulai tertarik dengan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan alami, baik untuk pengobatan, terapi hingga kecantikan. Menurutnya, pada zaman dahulu, parem, jamu, dan lain sebagainya telah terbiasa digunakan untuk pengobatan atau terapi. Namun saat ini, penyajian berbeda, dan tidak hanya untuk pengobatan, akan tetapi juga untuk kecantikan.
“Untuk menarik minat generasi muda dengan herbal, maka perlu memanfaatkan dunia digital yang biasanya disiarkan melalui YouTube. Karena banyak tumbuh-tumbuhan yang berkasiat untuk penyembuhan, salah satunya daun kelor,” katanya.
Selanjutnya, Cokorda Putra mengatakan bahwa obatan-obatan modern telah banyak dibuat dan dijual di pasaran. Namun, saat ini penyakit juga semakin bertambah banyak, dan beberapa di antaranya juga tidak bisa diobati dengan obat-obatan modern ini.
“Di Eropa, sudah kembali ke alam untuk pengobatan, baik itu memanfaatkan dedauan, kayu-kayuan hingga binatang. Di Bali sendiri telah ada usada dengan memanfaatkan tanaman,” katanya dalam diskusi yang dipandu oleh akademisi STAHN Mpu Kuturan, Ni Made Ari Dwijayanthi, S.S., M.Hum.
Widhi Kurniawan dengan basis pengetahuan lontar “Indrasani Sastra” mengetengahkan keberadaan lontar Bali yang memuat berbagai resep untuk merawat kecantikan seorang perempuan.
“Lontar ini memuat resep kegadisan, perawatan kulit, dan mulut. Baik berupa krim, minyak, dan lain sebagainya, di mana resep ini diramu dari berbagai tumbuh-tumbuhan,” katanya.
Untuk menerapkan pengetahuan itu, ia menjelaskan tantangannya saat ini terletak pada persoalan bahan. “Tantangan kita adalah ketersedian tanaman-tanaman obat yang ada di sekitar lingkungan kita,” terang Widhi. (jro)
