Wakil DPRD Bangli Sarankan Petani Ikan Danau Batur Kembangkan Bioflok

I Komang Carles (depan) saat meninjau salah satu budidaya ikan dengan menggunakan metode bioflok. (Istimewa)

Bangli, Balinesia.id - Semburan belerang di Danau Batur membuat banyak petani ikan yang membudidayakan ikan dengan metode keramba jaring apung (KJA) merugi. Tidak sedikit dari mereka rugi hingga ratusan juta rupiah akibat ikan yang siap panen mendadak mati mengambang karena belerang.

Kondisi itu menjadi perhatian Wakil Ketua DPRD Bangli, I Komang Carles. Wakil rakyat dari Partai Demokrat Daerah Pemilihan Kintamani Timur ini pun menyarankan masyarakat mengambil alternatif lain. Mengingat, semburan belerang ini nyaris terjadi setiap tahun, sehingga wajib diantisipasi.

Menurut tokoh masyarakat yang juga konsen terhadap isu lingkungan dan pertanian organik ini, saat ini ada model budidaya ikan yang bisa dijadikan alternatif para petani ikan di kawasan Danau Batur. "Salah satu solusinya adalah metode bioflok. Ini bisa dilirik ke depan," kata Carles, Minggu (18/7/2021).

Ia menjelaskan, metode bioflok merupakan metode budidaya ikan yang menerapkan rekayasa lingkungan dengan mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme. Pola ini dinilai telah berhasil dilakukan di sejumlah tempat di Danau Batur.

"Saya kira bioflok bisa jadi solusi ke depan. Dengan metode bioflok ini, penggemukan ikannya dibuat di darat. Ini sudah diterapkan di beberapa tempat, misalnya di Toya Bungkah, Batur, juga ada di Kedisan," katanya.

Menurutnya, hasil budidaya dengan metode bioflok memiliki sejumlah kelebihan dibanding KJA. Selain meminimalisir kerugian akibat semburan belerang, bioflok juga bisa menghindarkan pendangkalan danau akibat sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap. Seperti diketahui, pendangkalan danau menjadi salah satu masalah serius yang tengah dihadapi danau terbesar di Bali ini.

"Bioflok ini salah satu solusinya. Info dari pegiat bioflok di Toya Bungkah, Bapak Ion, tingkat kematian ikan dengan metode bioflok jauh lebih rendah dibandingkan budidaya di danau," kata anggota dewan dua kali periode itu.

Saat ini, KJA memang masih menjadi metode dominan budidaya ikan di Danau Batur. Bahkan, menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Bangli, saat ini jumlah KJA di Danau Batur mencapai 10.200 plong atau 1,27 persen dari luas keseluruhan danau. Padahal, menurut hasil kajian Universitas Udayana, untuk menjaga kestabilan ekosistem danau, batas maksimal jumlah KJA yang diperkenankan hanya 1 persen dari total luas danau. jpd

Editor: E. Ariana
Tags BioflokDanau BaturBagikan

Related Stories