Wagub Ingatkan Pariwisata Berkelanjutan yang Menjaga Alam, Budaya dan Manusia Bali

Denpasar - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menegaskan pentingnya format pariwisata berkelanjutan berbasis budaya yang berkomitmen menjaga alam, budaya dan manusia Bali sebagai asetnya merupakan sosial kapital dari keuntungan pariwisata.

Sehingga konsistensi pariwisata budaya ke depannya tidak hanya melihat keunikan Bali saja namun juga memperhitungkan keutuhan dari manusia, budaya dan alamnya. Karena semua sektor dan semua sisi kehidupan yang ada di pulau Bali ini memiliki kesucian melalui berbagai upacara dari masing-masing kegiatan dan wilayahnya yang bertujuan untuk menyucikan budaya secara niskala.

Namun jika sampai menodai apalagi menghacurkan alam, budaya dan manusia Bali itu sendiri maka dapat dikatakan telah membunuh ayah dan ibu kandung kita sendiri (menodai tanah kelahiran).

Mari kita semua menjaga dan mencari celah bagimana budaya Bali yang selama ini sudah memberikan kenikmatan bagi banyak orang untuk dapat dilestarikan dengan mengikuti garis flural, sekaligus mencari cara agar pariwisata selain memberikan pendapatan yang tinggi dan memberikan penghidupan yang layak bagi semua warganya,” jelas Cok Ace saat menjadi salah satu pembicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana, Senin (31/8/2020).

Guru besar Universitas Gajah Mada Wiendu Nuryanti menambahkan, jumlah pekerja di sektor pariwisata sangat besar dan terlihat sangat jelas dengan jumlah yang signifikan tinggi mengalami keterpurukan.

“Kita menjadi prihatin sehingga harusnya era baru ke depan harus tetap kuat dengan strategi yang dilakukan untuk menyikapi kepariwisataan dalam menghadapi perubahan yang fenomenal dimana banyak pihak yang takut mendatangi destinasi pariwisata, dan menunjukkan sejumlah akomodasi memilih untuk berhenti bergerak (khususnya akomodasi udara) sehingga mengalami transformasi yang amat sangat signifikan.

"Hal ini menunjukkan ada yg di untungkan dan ada pula yang tidak, namun tetap penerapan protokol kesehatan harus diterapkan secara konsisten oleh semua pihak sehingga semua merasa terlindungi dari virus Covid-19 ini,” ungkapnya.

Secara prinsip sebuah perubahan memang akan terjadi baik cepat ataupun lambat, namun pandemi Covid-19 ini secara tidak langsung menjadikan sebuah peradaban baru yang terlalu cepat dimana siap ataupun tidak kita semua harus menghadapinya. Hal ini tentu saja menguji kesiapan kita dalam menerapkan tatanan era baru, imbuh Wiendu Nuryanti.

Dengan percepatan peradaban dan perubahan ini, seluruh masyarakat di Indonesia harus sadar bahwa tatanan kehidupan yang lama dan tatanan kehidupan yang baru harus sama sama memiliki keterikatan yang saling mendukung di dalam perbaikan menuju sesuatu hal yang lebih baik.

Webinar ini juga dihadiri Prof. Gde Pitana selaku Guru besar dan peneliti pada pusat unggulan pariwisata Unud, Agung Suryawan Wiranatha Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Unud, Dr. Frans Teguh selaku Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia dan sejumlah akademisi lainnya

Bagikan

Related Stories