Teladani Perjuangan Puputan Margarana

Prof. Dr. I Wayan Windia (Balinesia.id/ist)

Denpasar, Balinesia.id – Pertempuran besar Puputan Margarana tidak hanya menyimpan kisah-kisah heroik mengangkat senapan untuk menjaga kemerdekaan republik. Jauh lebih dalam, peristiwa yang pecah pada 20 November 1946 silam menyimpan berbagai nilai yang dapat digunakan membawa bahtera Republik Indonesia menuju kemerdekaan sejati.

Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Bali, Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, S.U., di Denpasar, Kamis (19/11/2020) mengatakan pertempuran besar yang melibatkan tentara Belanda-Sekutu dan Pasukan Ciung Wanara pimpinan Pahlawan Nasional, I Gusti Ngurah Rai, memiliki berbagai pesan luhur yang patut diterapkan di kehidupan saat ini.

“Puputan Margarana memberi kita banyak pelajaran luhur. Para pejuang kala itu ikhlas memberikan miliknya untuk kepentingan orang banyak, tidak seperti sekarang yang lebih banyak menuntutnya dibanding memberi,” katanya.

Guru Besar Universitas Udayana ini menuturkan, kala itu kondisi sosial masyarakat sebenarnya tidaklah mapan. Jauh dengan kondisi saat ini, bahkan untuk makan saja rakyat masih sulit.

Meski demikian, keterbatasan itu justru membuat para pejuang solid dan bersatu mempertahankan kemerdekaan bangsa. “Bagi mereka persatuan dan solidaritas itu hingga mati, bahkan ada enam orang dalam pasukan itu bukan rombongan perang, tapi pasukan territorial. Tapi, ketika diketahui perang besar akan terjadi, mereka ingin ikut. Ini menunjukkan rasa persatuan, tidak seperti sekarang, mudah terpecah karena SARA,” ucapnya.

Sikap lainnya yang patut diteladani oleh masyarakat saat ini adalah sikap mementingkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Menurutnya, kala itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya jika mau melarikan diri, peluangnya sangat besar untuk selamat. Namun, mereka memilih untuk bertempur hingga akhir darah penghabisan lantaran tahu jika mereka menyingkir, yang akan menjadi korban adalah rakyat di kawasan itu.

“Kalau kita lihat pasukan Pak Rai itu kecil, sehingga gampang saja untuk menyelamatkan diri. Tapi, itu tidak dilakukan, karena bagi mereka rakyat lebih diperhatikan daripada kepentingan diri. Beda dengan sekarang, negara dikorbankan, kalua ada kesempatan pejabat mengkorupsi uang rakyat,” katanya.

Menurutnya, tidak sulit mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Puputan Margarana. Windi mengatakan bahwa setiap orang bisa berkontribusi, menjaga persatuan, maupun mementingkan kepentingan rakyat. “Saat ini pakailah masker, jauhi kerumunan untuk menghindari corona. Itu tindakan yang simple. Jadi, kita harus hidup prihatin, bersatu padu, bukan terpecah-pecah, utamakan rakyat, hidup sederhana, jangan korupsi,” ucapnya. jpd

Editor: E. Ariana
Bagikan

Related Stories