Teladani “Dasa Dharma” Kepemimpinan I Gusti Ngurah Made Agung

GIANYAR – Sosok Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung atau yang dikenal sebagai Cokorda Mantuk ring Rana menjadi salah satu sosok pemimpin Bali pra-republik yang layak ditengok oleh para pemimpin dan calon pemimpin Bali ke depan. Sebagai seorang pemimpin nyastra, beliau yang gugur dalam peristiwa heroik Puputan Badung mewariskan nilai-nilai kepemimpinan reflektif.

“Cokorda Mantuk ring Rana dalam Geguritan Darma Sasana yang ditulisnya mewariskan pada kita konsep Dasa Dharma  atau 10 kewajiban bagi seorang pemimpin,” kata akademisi Politeknik Negeri Bali, Dr. Ida Bagus Putu Suamba dalam sebuah forum diskusi di Ubud, belum lama ini.

Dasa Dharma tersebut terdiri dari Dreti atau kedamian dan pikiran yang seimbang; Ksama atau memiliki sikap pengampunan; Dama atau menasihati diri sendiri; Asetya atau tidak mencuri milik orang lain; Soca atau kebersihan fisik dan pikiran; Indrianigraha atau mampu mengendalikan indera; Hrih atau memiliki asa malu; Widia atau memiliki pengetahuan yang dalam dan luas; Satya atau pengabdian dan kejujuran; dan Akdrodha atau penuh cinta dan mengasihi.

“Nilai-nilai inilah yang seharusnya ditumbuhkan dalam jiwa-jiwa pemimpin, sehingga menjadi karakter bagi seseorang yang menyebut dirinya penguasa,” katanya.

Esensi Dasa Dharma sebagaimana dimaksud penting dihadirkan sebagai benteng menghadapi musuh yang disebut I Gusti Ngurah Made Agung pada teks yang sama sebagai Asta Dewi, yakni Jayasidi, Caturasini, Umadewi, Camundi, Makrodi, Durgadewi, Tatsini, dan Wigna. “Jayasidi artinya mengaku sebagai orang kaya yang berkuasa, namun sejatinya tidak, sedangkan Caturasini artinya suka membuat masalah,” katanya.

Selanjutnya, Umadewi artinya mengaku telah mencapai spiritualitas derajat tertentu. Camundi berarti bingung dan perkataan yang tidak terkendali. Makrodi artinya menjaga kemarahan dan tidak mengikuti intruksi, sedangkan Durgadewi merupakan sikap yang membuat sakit atau penghinaan lainnya. “Tatsini adalah pikiran penuh cinta, sedangkan Wigna artinya malas dan gemar tidur,” imbuhnya.

Bagikan
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Lihat semua artikel

Related Stories