Sanitasi Penyebab Tingginya Prevalensi Stunting di Karangasem dan Klungkung

Kepala Perwakilan BKKBN bali, Luh Gede Sukardiasih (kanan) memberikan bingkisan kepada keluarga yang memiliki balitanya mengalami stunting. (Balinesia.id/Humas Perwakilan BKKBN Bali)

Klungkung, Balinesia.id – Dua kabupaten di timur Pulau Bali, yakni Karangasem dan Klungkung menjadi dua kabupaten dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Bali menurut data survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. Berdasar pantauan Perwakilan BKKBN Bali, tingginya prevalensi kasus stunting di dua kabupaten tersebut disebabkan oleh persoalan sanitasi.

Menurut data SSGI 2021, prevalensi stunting di Karangasem dan Klungkung masing-masing adalah 22,6 persen dan 19,4 persen. Persentase ini jauh di atas rata-rata Provinsi Bali yang hanya 10,9 persen. 

“Penyebab prevalensi stunting tinggi di kedua kabupaten ini adalah sanitasi dan ketersediaan air bersih yang yang buruk dan ketiadaan jamban di rumah tangga,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih, dalam keterangannya, Senin, 7 November 2022.

Baca Juga:

Terhadap hal tersebut, pihaknya pun terus melakukan upaya dan koordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di dua kabupaten tersebut. Berdasarkan audit Tim Pakar BKKBN, disarankan pembangunan jamban sehat di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, serta perbaikan sanitasi lingkungan dan pemukiman di Kecamatan Abang, Karangasem.

Pada kunjungan lapangan di Nusa Penida Klungkung, pekan lalu. Ketua TPPS Kabupaten Klungkung, I Made Kasta menerangkan bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan langsung dan membenarkan persoalan sanitasi adalah penyebab utama kasus stunting di kecamatan tersebut.

“Keluarga tidak punya jamban, tidak tersedianya air bersih. Untuk itu kami akan melaporkan kepada Bupati hasil peninjauan ini dan mengerahkan lintas sektor terkait untuk penangannya,” kata Kasta yang juga Wabup Klungkung ini.

Kasta menerangkan, pihaknya telah memegang data terukur, termasuk telah merancanag cara penanganan yang efektif untuk mempercepat penurunan stunting. “Sekarang tugas kita adalah satukan pikiran dan kerja bersama-sama untuk mengatasi permasalahan stunting ini,” ujarnya.

Melalui penelusuran data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada Agustus 2022, terang Kasta, data stunting tertingi di Kabupaten Klungkung memang berasal dari Kecamatan Nusa Penida. Data e-PPGBM diukur dari jumlah baduta dan balita terdaftar yang ditimbang di Posyandu setempat. “Kecamatan Nusa Penida angka prevalensi stunting sebesar 8,21 persen,” katanya.

Baca Juga:

Hal senada dinyatakan Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa saat membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting. Kala itu ia meminta lintas sektor untuk tidak main-main dalam menggarap program percepatan penurunan stunting.

“Stunting dapat memengaruh aspek kehidupan secara menyeluruh, seperti tingkat kecerdasan, kualitas kesehatan dan akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Jadi ini harus ditangani dengan serius, tidak boleh main-main,” katanya.

Pihaknya meminta agar seluruh pemangku kepentingan dapat memberikan komitmennya dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Karangasem sebagai prioritas utama di tingkat kabupaten hingga tingkat desa, komitmen untuk mengoptimalkan mobilitas sumber daya dan koordinasi melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai upaya memastikan program terus berjalan dengan baik.

Adapun daerah yang menjadi atensinya di Karangasem terkait kasus stunting adalah Kecamatan Abang. Berdasarkan e-PPGMB pada Agustus  2022, angka stunting di kecamatan tersebut tercatat sebesar 13,98 persen. jpd 

Editor: E. Ariana

Related Stories