Saatnya Petambak di Danau Batur Menjajal Biofolk Untuk Tekan Kematian Saat Upweling

Mahasiswa Doktor Ilmu Manajemen dan Bisnis Kadek Sara Mandiyasa

Ikan mujair merupakan salah satu komoditas utama bagi petambak di sekitar Danau Batur, Kintamani selain komoditas sayur mayur. Komoditas yang dikembangkan menggunakan metode Keramba Jaring Apung ( KJA ) menjadi salah satu sumber pendapatan bagi warga sekitar Batur.  Berdasarkan data Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupate Bangli, ada sekitar 9.300 KJA berada di dalam Danau Batur.

Meski potensinyanya besar, budidaya yang dilakukan secara sederhana menyebabkan petambak di Danau Batur seringkali harus mengalami kerugian. Terbaru pada awal Maret 2021, sebanyak 11.950 kilogram ikan mujair dari 22 pembudidaya mati. Menyebabkan kerugian hingga ratusan juta bagi petani dan petambak. Penyebabnya adalah letusan belerang atau upwealing. Letupan belerang membuat semua polutan seperti sulfat, dan phosphor mengikat oksigen di dalam air sehingga membahayakan biota di sekitar.

Kondisi seperti ini dialami oleh petambak setiap tahun. Sederhananya sistem pengembangan KJA membuat petambak tidak bisa mengantisipasi jika terjadi upwealing. Dibutuhkan sebuah solusi untuk dapat mengantisipasi agar kerugian petambak tidak semakin besar dan berulang terus setiap tahun. Keramba jarring apung memiliki kelemahan dikarenakan sangat bergantung dengan alam. Ketergantungan terhadap alam juga membuat petambak harus memiliki kualitas skill tinggi untuk dapat menghasilkan ikan mujair berkualitas tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebenarnya ada cara lain yang dapat ditempuh petambak. Salah satunya adalah memindahkan budidaya ke daratan. Budidaya di darat memiliki keunggulan dan hasil tidak kalah bagus dengan budidaya di danau apabila dilakukan secara baik dan benar. Salah satu petani lokal sudah menempuh cara ini dengan sistem biofolk. Biofolk ini mirip seperti dengan budidaya lele yang sudah banyak dilakukan orang awam.

Lahan yang dibutuhkan untuk biofolk juga tidak terlalu luas. Dalam satu are bisa dibuat sekitar 2 unit biofolk. Satu biofolk bisa menghasilkan ribuan ikan yang tidak kalah dengan jumlah produksi di keramba. Keramba jaring apung bisa menghasilkan sekitar berapa ribu ikan. Biofolk dapat menghasilkan panen lebih banyak.

Jangka waktu panen dapat juga dilakukan lebih awal yaitu 5-6 bulan. Apabila budidaya dilakukan di kolam jaring apung membutuhkan waktu sekitar 7 bulan. Hal ini terwujud dikarenakan pakan ikan akan langsung diserap oleh ikan. Berbeda dengan keramba jaring apung, ada potensi makanan ikan tercampur dengan air dan keluar dari keramba sehingga terkesan tidak terserap secara optimal oleh ikan yang dibudidayakan.

Keuntungan menggunakan biofolk adalah efektivitas dan efisien dalam budidaya. Budidaya di darat lebih mudah dalam urusan pengawasan dan pemeriksaaan. Tidak perlu khawatir dengan curah hujan tinggi ataupun paparan sinar matahari langsun bahkan kemungkinan terjadinya upwelling karena semua dapat dikontrol. Suhu udara di dalam biofolk lebih mudah diawasi sehingga terjadi peningkatan maka tinggal melakukan langkah-langkah lebih mudah dibandingkan keramba jaring apung.

Dengan berbagai risiko yang dapat diantisipasi tersebut, jangan kaget apabila tingkat kematian ikan di biofolk dapat ditekan di kisaran 30 persen hingga 35 persen dalam satu tangki. Bandingkan dengan sistem keramba jaring apung, tingkat kematian akan dapat mencapai 50 persen sekali produksi disebabknya sangat rentannya dengan lingkungan alam.

Berbagai fakta tersebut seharusnya bisa menjadi pertimbangan bagi siapapun petani maupun petambak di Danau Batur untuk membudidayakan ikan mujair menggunakan biofolk. Efektivitas dalam hal investasi hingga pengawasan sejatinya akan menjadi keuntungan berlipat apabila mampu dilakukan secara disiplin. Petambak tidak perlu repot melakukan pengawasan berlebih seperti halnya ketika membudidayakan di keramba jaring apung. Saya mengajak petambak untuk melihat bahwa ini merupakan satu peluang besar bagi kehidupan jangka panjang mereka. Tidak ada salahnya meskipun diawalai dengan mencoba-coba terlebih dahul

Bagikan

Related Stories