Rayakan Galungan dengan Aksi Solidaritas Sosial

Bangli - Hari Suci Galungan dan Kuningan umumnya dimaknai sebagai perayaan meriah kemenangan dharma melawan adharma. Namun, para pemuda yang tergabung dalam Perhimpunan Pemuda Hindu atau Peradah Indonesia di Bali berupaya memaknai Galungan secara berbeda.

Dewan Pimpinan Provinsi atau DPP Peradah Indonesia Bali bersama Dewan Pimpinan Kabupaten atau DPK Peradah Indonesia Bangli memaknai Galungan sebagai aksi nyata solidaritas sosial. Menggandeng STAHN Mpu Kuturan Singaraja, organisasi pemuda ini melaksanakan Program Peradah Ngejot di Desa Subaya, Kintamani, Bangli.

Ketua DPP Peradah Indonesia Bali, Komang Agus Widiantara, di sela-sela kegiatan, Minggu (6/9/2020) mengatakan, Peradah Ngejot merupakan program rutin yang telah digelar pihaknya bersama DPK Peradah Indonesia se-Bali selama empat periode Galungan ke belakang. "Melalui ngejot, momentum dan spirit Hari Suci Galungan dimaknai lebih kongkret ke pawongan (hubungan baik dengan sesama manusia, red)," katanya yang juga Koordinator Pengabdian Masyarakat Mandiri STAHN Mpu Kuturan Singaraja.

Menurutnya, ngejot merupakan salah satu kearifan lokal Bali yang memiliki esensi kebersamaan mendalam, baik antara sesama krama atau masyarkat Bali maupun antara krama Bali dengan krama tamiu atau masyarakat pendatang. Hanya saja, saat ini pesan tersebut perlahan memudar seiring dinamika kehidupan sosial yang pragmatis dan individualis.

Nilai-nilai luhur ngejot sangat penting diteruskan, terlebih di tengah pandemi Covid-19. "Berbagi di tengah pandemi bukan perkara mudah. Harus ekstra hati-hati, mengikuti seluruh protokol kesehatan yang ada. Belum lagi medan menuju Subaya terjal dan menantang," katanya sembari berharap ke depan program tersebut dapat berkelanjutan.

Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli, I Ketut Eriadi Ariana, bersama Koordinator Peradah Ngejot #4, Putu Oka Suyasa, menyatakan bahwa pihaknya kali ini menyasar 40 kepala keluarga (KK) kurang mampu dan lansia yang ada di Desa Subaya. "Selama empat kali Peradah Ngejot kami laksanakan di Bangli, posisi kami adalah sebagai fasilitator. Sumbangan berasal dari masyarakat yang kemudian dikembalikan ke masyarakat sebagai wujud solidaritas sosial. Kebetulan pada seri keempat ini Peradah Bali menyasar Bangli sebagai sasaran, sehingga gerakannya lebih besar dibanding tiga gerakan kami sebelumnya," terangnya.

Desa Subaya dipilih sebagai sasaran kegiatan tidak terlepas dari letak desa yang relatif "terilosir" dari pusat Kecamatan Kintamani. Untuk mencapai desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tejakula, Buleleng itu, harus melalui jalur yang relatif ekstrem sekitar 14 km.

"Padahal Subaya memiliki potensi yang besar untuk berkembang di kemudian hari. Harapannya ke depan, program ini nanti dapat menstimulus program pemberdayaan masyarakat setempat, terlebih pada gerakan kali ini kami juga menggandeng sejumlah akademisi STAHN Mpu Kuturan Singaraja," katanya sembari menyatakan Desa Subaya sebagai salah satu objek penelitian budaya Bali Pegunungan.

Perbekel Subaya, I Nyoman Diantara, mengucapkan terimakasih atas pemilihan desanya sebagai sasaran Peradah Ngejot oleh Peradah Bali dan Peradah Bangli. Sebagai perwakilan masyarakat, pihaknya mengatakan bahwa aspek pemberdayaan masyarakat di desa tersebut memang perlu digiatkan. Sebab, saat ini masyarakat Subaya di usia produktif masih cenderung memilih keluar desa untuk mencari penghidupan.

"Kebanyakan pemuda kami keluar desa pada usia yang relatif muda untuk menyambung hidup. Padahal, mereka bisa membangun desa dari dalam. Saat ini kami sedang menggarap pemberdayaan itu, seperti pengolahan produk paska panen singkong," katanya.

Bagikan
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Lihat semua artikel

Related Stories