Ekonomi & Pariwisata
Puluhan Seniman Ambil Bagian dalam Pameran "Sipp Setiap Saat"
DENPASAR – Pameran seni rupa "akbar" siap memanjakan mata penikmat seni di Bali pada paruh waktu akhir 2020 hingga awal 2021. Pameran yang menyajikan 16 karya seni karya kolaborasi maupun individu itu diikuti kisaran 50-an orang perupa Bali dari berbagai komunitas.
Pameran bertajuk “Sipp Setiap Saat” itu digelar di Griya Santrian, Sanur, Kamis (24/12/2020) hingga Senin (25/12/2020). Selama sebulan digelar, pameran juga akan diisi dengan pertunjukkan seni oleh sejumlah seniman, workshop, diskusi seni, hingga screening film dokumenter “Deblog”.
Dengan sajian sedemikian rupa, pameran tersebut tak ubahnya bagai luapan ekspresi para seniman Bali yang agak “terbatas” ruang geraknya selama pandemi. “Sip Setiap Saat” juga tampak sebagai benih menyemai optimisme terhadap nafas hidup kesenian di Bali pascapandemi.
Kurator Pameran, Wayan Seriyoga Parta, mengakui pameran tersebut memang terkait dengan pandemi yang telah menggerogoti dunia setahun lamanya. “Pameran ini adalah bentuk merayakan imun melalui seni. Pameran kami desain dengan berupaya terlepas dari beban pandemi,” katanya didampingi kurator lainnya, Made Susanta Dwitanaya.
Dalam ruang kebebasan tersebut, para seniman diberi ruang seluas-luasnya mengeksplorasi tema yang dirumuskan. Oleh karena itu, karya-karya yang hadir sangat bergam, mulai dari seni dua dimensi hingga tiga dimensi dan instalasi.
“Kami ingin hadirkan dengan format pameran yang berbeda. Ada kolaborasi dari seniman senior hingga yang muda. Kita juga menantang seniman-seniman yang biasanya berkarya dalam zona tertentu untuk keluar dari kebiasannya,” terangnya.
Perwakilan seniman dari Komunitas Jepun Residence, Made Wiradana, mengaku sangat senang dengan kehadiran pameran ini. Pameran itu pun dinyatakan memiliki arti yang penting bagi komunitasnya yang turut terbentuk dalam suasana pandemi Covid-19.
“Kami dari Komunitas Jepun, mulai terbentuk pada awal Mei, saat kita kumpul-kumpul. Waktu itu sedang sulit-sulitnya berkumpul, bahkan berkomunikasi dengan teman pun sulit. Sehingga, pada suatu ketika kami berkumpul-kumpul, kemudian memanfaatkan ruang yang ada untuk berkesenian, hingga terbentuk komunitas,” tuturnya.
Merespons tema yang disodorkan oleh Kurator “Sip Setiap Saat”, Wiradana bersama Komunitas Jepun Residence menampilkan sebuah perahu yang dilukis sedemikian rupa menurut teknik dan karakter dari setiap perupa. “Perahu yang kami respons masih aktif, masih kami sering gunakan mancing,” terangnya.
Sementara itu, perupa lainnya, Made Arya Palguna, mengatakan bahwa dalam proses kesenian ini ia merasa sangat senang. Para perupa berkolaborasi, menyatu menjadi satu dalam kesatuan karya utuh.
“Event ini bagus, sangat menantang. Saya kira, ini event yang cukup jadi penanda bahwa ada harapan tahun depan. Setiap seniman dan galeri juga aktif, menjadikan kembali Bali sebagai salah satu kiblat seni Indonesia,” katanya.
Adapun para seniman dan komunitas yang ikut serta dalam “Sip Setiap Saat” yakni I Nyoman Erawan dan Putu Sastra Wibawa; Hardiman dan Komunitas Studio Grafis Undiksha; I Wayan Sujana Suklu dan Komunitas Batu Belah; Made Wiradana dan Komunitas Jepun Residence; Militan Art; I Nyoman Suardina-Wayan Suardana; Bayak and Family; Marmar Herayukti; Ida Bagus Putu Purwa dan Teja Astawa; Made Arya Palguna-Wayan Mudra; I Gede Made Surya Darma; Studio X; Abstraculation; Nyoman Sani dan Ayu Winastri; O Prasi; dan Bali Newmedia Syndicate (BNS).
Sedangkan, sesi pertunjukan seni juga akan menampilkan Nyoman Erawan yang membawakan pertunjukan “Parisuda Bumi”, Ida Bagus Gede Sidharta Putra, Indra Lesmana, Made Gede Surya Darma; workshop Printmaking oleh Hardiman, workshop prasi oleh O-prasi, dan screening film documenter “Deblog” oleh Gurat Institute.
