Bali Community
Peragaan dan Pentas Seni Virtual Lahirkan Kelenturan Adaptasi dan Inovasi Kesenian
DENPASAR – Pandemi Covid-19 memicu kelenturan adaptasi dan inovasi, bahkan memicu kemungkinan ekspresi seni yang tidak terduga terhadap kehidupan seni di Bali. Hal tersebut terungkap melaui berbagai sajian seni yang disuguhkan 80 komunitas seni yang ambil bagian dalam peragaan dan pementasan kesenian dalam bentuk media virtual yang digagas Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
“Contohnya untuk yang seni rupa, mereka tak saja berangkat membincangkan karya seni rupa semata, tetapi hadir dengan alih kreasi dan alih medianya. Tentu kata kuncinya ada sinergi dan kolaborasi,” kata salah satu kurator Warih Wisatsana, di Denpasar, Rabu (11/11/2020).
Menurut Warih, peragaan dan pementasan seni virtual dan penyajiannya merupakan langkah strategis yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali. Sebab, dalam penggarapannya ada proses transformasi sosio-kultural sekaligus alih pengetahuan. Sekarang kehadiran teknologi informasi itu mendorong seniman untuk memahami sebagai elan kreatif penciptaan.
“Bisa kita bayangkan dari 80 komunitas, sanggar, sekaa, yayasan seni di Bali, jika masing-masing menyertakan sekitar 35 anggotanya, betapa jumlah masyarakat atau kreator Bali yang memperoleh pemahaman apa itu seni virtual, apa seni kontemporer dan bagaimana hadir dengan seketika dan serentak melalui perangkat teknologi informasi,” katanya.
Ke depan, upaya tersebut dinilai akan memberi pengaruh pencapaian seni seniman Bali ke depan. Lebih jauh, Warih juga mengusulkan agar para akademisi melakukan kajian yang mendalam terkait apa yang sudah dicapai dan dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini melalui peragaan dan pementasan seni virtual di masa pandemi Covid-19 ini.
Peragaan dan pementasan kesenian dalam bentuk media virtual melibatkan 80 komunitas seni. Dalam proses penggarapan mereka difasilitasi pendanaan oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk berkreasi menghadirkan pementasan. Dari jumlah tersebut sebanyak 45 sanggar atau komunitas dengan latar belakang seni pertunjukan, sedangkan 35 sisanya merupakan sanggar atau komunitas seni rupa.
Adapun kurator project seni itu adalah Warih Wisatsana, I Putu Gede Indra Parusha, dan I Gede Gusman Adhi Gunawan.
