Penting dalam Tata Ruang Bali, “Telajakan” Miliki Lima Fungsi

DENPASARKeberadaan tanah dan natah atau pekarangan bagi masyarakat Bali sangatlah sentral. Oleh karena itu, langkah pemanfaatannya pun hendaknya diperhitungkan agar tercapai suatu keseimbangan.

Salah satu bagian dalam tata ruang, khususnya dalam pekarangan Bali adalah telajakan yaitu ruang terbuka yang ada di luar tembok pekarangan. Meski terkesan remeh, telajakan ternyata memiliki beragam fungsi, mulai dari sisi spiritual sebagai penyaring hal yang buruk di luar pekarangan hingga fungsi-fungsi ekonomi.

Akademi Universitas Udayana, Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, S.T., S.Ds., M.A., IPU, ASEAN Eng., menjelaskan secara prinsip memiliki fungsi yang sama dengan keberadaan natah. Telajakan, katanya, setidaknya memiliki lima fungsi, yakni fungsi spiritual, fungsi budaya, fungsi ekonomi, fungsi komunikatif, dan fungsi ekologis.

“Secara spiritual telajakan ibarat benteng pertahanan dari hal-hal buruk yang berada di luar pekarangan. Oleh karena itulah keberadaannya jadi sangat penting secara spiritual. Faktanya secara sekala, kadangkala jika terjadi kecelakaan atau kondisi yang tidak baik di jalan, telajakan inilah yang pertama jadi sasaran. Kalau pekarangan tak punya telajakan, praktis kecelakaan bisa lebih membahayakan,” katanya dalam Bincang Budaya Nala Cintya Mani III “Keberadaan Tanah dan Natah di Bali” yang digelar Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (SMFIB) Unud di Denpasar, Senin (16/11/2020).

Telajakan di setiap pekarangan tradisional Bali memiliki luas yang berbeda-beda. Luas itu pun diatur dan dianggap sah oleh teks-teks arsitektur tradisional Bali. Telajakan suatu pekarangan biasanya ditanami tanaman-tanaman tertentu atau menjadi ruang kosong yang digunakan untuk duduk-duduk dan berinteraksi oleh penghuni dan warga sekitar.

“Pada masa lalu, telajakan itu digunakan untuk menaruh ayam peliharaan, mabombong (adu ayam), hingga mencari kutu. Oleh karena itulah telajakan memiliki fungsi sosial dan komunikatif,” katanya dalam kegiatan yang juga menampilkan narasumber Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum dan seniman muda Putu Marmar Herayukti.

Ketika ruang telajakan ditanami tanaman upakara atau tanaman pangan, ruang ini pada akhirnya juga akan memberikan dampak ekonomi serta ritual. “Sebuah penelitian yang dilakukan di perkotaan menyimpulkan bahwa secara ekologis tanaman yang ditanam di telajakan mampu mengurangi kebisingan,” ucap doktor jebolan Curtin University, Australia ini.

Dengan fungsi-fungsi penting sedemikian rupa pihaknya pun mengajak masyarakat agar bisa mempertahankan keberadaan telajakan dalam pembangunan hunian. Dalam hal tersebut, luasan telajakan bisa disesuaikan dengan lahan yang ada.  

Bagikan
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Lihat semua artikel

Related Stories