Budaya
Penggunaan Air dalam Praktik Pengobatan Bali
Denpasar, Balinesia.id – Ilmu pengobatan tradisional Bali yang akrab disebut usadha menggunakan berbagai jenis sarana untuk menyembuh pasien. Selain menggunakan beragam tanaman obat, salah satu sarana yang sangat penting digunakan sebagai sarana penyembuhan adalah air.
Keberadaan air sebagai media penyembuhan terekam dalam lontar usadha yang sidebut “Usadha Toya”. Hal itulah yang dijelaskan Akademisi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Dr. I Komang Indra Wirawan, S.Sn., M.Fil.H., dalam Widyatula atau Seminar Bulan Bahasa Bali 2021 bertopik “Sastra Penaweng Gering: Usadha Bali Pinaka Panepas Gering", yang digelar Senin (15/2/2021) secara daring.
Dalam makalahnya yang berjudul “Usadha Toya; Air, Mantra, dan Yoga sebagai Obat yang Utama”, akademisi yang akrab dipanggil Komang Gases ini menjelaskan secara detail tentang fungsi air sebagai obat mengatasi segala penyakit, terutama yang menyerang psikis.
“Sebelum berfungsi sebagai media obat, air harus melewati proses penyucian lewat mantra dan yoga, sehingga berubah nama menjadi ‘toya’,” katanya yang juga seniman ini.
Secara etimologis dalam bahasa Bali, lanjutnya, kata toya terdiri dari dua suku kata ‘to’ dan ‘ya’ yang artinya ‘itu dia’. “Itu dia secara tidak langsung menjadi sebuah jawaban yang gamblang bahwa toya adalah obat paling murah dan mujarab,” ucapnya.
Namun, dalam upaya pengobatan itu, Gases mengatakan bahwa hal yang paling penting dilakukan adalah menstabilkan psikis dari pasien. Proses penstabilan psikis itu dapat ditempuh melalui praktik yoga.
“Yoga jangan diartikan sesuatu yang ribet. Yoga itu adalah memfokuskan diri terhadap suatu hal. Di Bali, banyak jenis yoga yang tidak disadari seperti, menari, makidung, nabuh, dan sebagainya. Jadi dalam konteks ini, si pasien harus fokus dan yakin toya akan menyembuhkannya,” kata Gases.
Dalam praktik penggunaannya, keajaiban toya dapat dilihat ketika digunakan untuk menyadarkan orang yang sedang kesurupan. Selain itu, ia juga menyebut adanya keseimbangan air dalam tubuh manusia sangat mempengaruhi kesehatan tubuh.
“Misalnya ketika bayi yang tidur pulas tiba-tiba terjatuh dari ranjang yang cukup tinggi, namun tubuhnya tidak mengalami keseleo. Ini membuktikan keseimbangan air dalam tubuhnya seimbang saat tertidur,” katanya dalam widyatula yang juga menghadirkan Manajemen Kebijakan Kesehatan Universitas Gadjah Mada, dr. I Wayan Cahyadi Surya Distira, dan Akademisi Universitas Udayana, Dr. Drs. IB Jelantik Sutanegara Pidada, M.Hum. (jro)
