Budaya
Peluang Berkerumun, Ketua PHDI Bali Imbau "Tirta Yatra" Manis Galungan Ditunda
DENPASAR - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana, mengimbau umat Hindu di Bali menunda pelaksanaan tirta yatra atau perjalanan suci saat Manis Galungan, Kamis (17/9/2020). Hal ini terkait dengan penyebaran pandemi Covid-19 yang terus melaju di Bali.
“Karena masa pandemi seperti ini, baiknya lakukan (yadnya) secara protokol kesehatan. Bisa dikurangi senang-senangnya dulu, bisa diundur matirta yatra-nya agar tidak terjadi kerumunan,” katanya di Denpasar belum lama ini.
Masyarakat Bali pada umumnya memang memiliki tradisi melakukan perjalanan suci ke pura-pura pada hari Wrehaspati Umanis Dungulan atau Manis Galungan yang jatuh sehari setelah Galungan. Bahkan, sejumlah pura besar yang ada di Bali pujawali atau upacaranya tercatat bertepatan pada hari tersebut.
Dua pura besar yang pujawali-nya digelar pada Manis Galungan adalah Pura Batukaru di Tabanan dan Pura Lempuyang Luhur di Karangasem. Menurut kosmologi Bali, Pura Batukaru adalah pura yang berada di sebelah barat, sedangkan Pura Lempuyang Luhur terletak di arah timur. Pada pelaksanaan pujawali di kedua pura tersebut, biasanya umat akan datang berduyun-duyun.
Hal inilah yang kemudian menjadi kekhawatiran pihaknya. Sebab, tirta yatra dapat menyulut terjadinya penumpukan massa. Kerumunan menjadi salah satu yang harus diatensi karena memperbesar peluang penyebaran virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Selain itu, pihaknya juga memberi atensi terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tradisi yang melibatkan orang banyak saat Galungan dan pasca Galungan. Tradisi itu misalnya magibung dan makotek.
“Sementara bisa dilakukan secara simbolis, tentunya dengan nunas guru piduka ke hadapan Ida Bhatara, yang awalnya digelar berbanyak cukup digelar secara simbolis dengan beberapa orang, tentunya dengan menerapkan ptotokol kesehatan,” ucap Sudiana.
