Pameran Seni Rupa "So-So", Cara Biasa Perupa Hadapi Pandemi

Denpasar - Pandemi Covid-19 telah mengambrukkan benteng-benteng kebiasaan lama manusia. Ekonomi runtuh, setiap orang mengalami situasi senada dalam kesulitan hidup yang relatif sapenanggungan.

Namun, seiring berjalannya waktu, umat manusia berangsur-angsur mulai berdamai dengan pandemi. Mereka memahami hidup harus berlanjut. Pada akhirnya, pandemi dan berbagai langkah penanggulangan yang awalnya dianggap sebagai budaya baru dilakoni sebagai kebiasaan.

Perubahan cara pandang masyarakat terhadap pandemi ditangkap dengan baik oleh 19 orang perupa Bali. Melalui pameran seni rupa berjudul "So-So", 43 buah karya dipamerkan sebagai tanda dibukanya lembaran pertama berkesenian di era baru.

"Cara pandang masyarakat kini mulai terbiasa dengan pandemi. Orang-orang mulai terbiasa memakai masker, merasa dingin mungkin juga aneh jika keluar tak memakainya. Karya-karya kami berupaya merespons itu, menghadirkan kreativitas yang lahir pasca kejenuhan-kejenuhan berdiam diri," kata salah seorang pelukis, I Made Arya Palguna, di Kaktus Art Space, Sanur, Selasa (8/9/2020) petang.

Menurutnya, pandemi idealnya dapat direspon melalui kedewasaan sikap dan empati. Di dalam lingkar komunitasnya, perupa sebagai pencipta tentu harus berlapang dada menyikapi pandemi, terutama dalam berhubungan dengan pasar atau nilai jual.

"Kolektor sendiri dalam situasi sekarang merupakan ruang bagi mereka ‘ memilih’ karya. Dalam artian mereka menjadi selektif dan awas dalam membeli karya perupa. Meskipun dengan niat membantu perupa atau galeri untuk bangkit dalam suasana pandemi ini," jelasnya.

Di sisi lain, pandemi pada akhirnya turut menguji galeri-galeri seni. Galeri berposisi sebagai penjual sekaligus pembeli. Dalam praktik itu, empati dalam memaknai dan bersikap juga perlu diperhatikan, sehingga tidak ada yang terluka di antara perupa maupun kolektor.

"Jadi situasi, 'So-So' atau biasa-biasa saja menjadi sangat lumrah dan wajar sekarang ini. Bahkan, mungkin menetramkan hati, karena semua dalam situasi sama yakni pandemi Covid-19. Tidak bagus banget, tapi tidak juga jelek," katanya.

Namun, lanjutnya, hal terpenting dari hal tersebut bahwa setiap individu mencoba menjaga hubungan, rasa, dan keselarasan, sehingga tidak ada yang terluka. "Semua merasa sama, senasib sepenanggungan untuk coba berjuang keluar dari pandemi yang mewabah," imbuhnya.

Menurut karya-karya yang ditampilkan oleh setiap perupa, perupa yang tinggal di Ubud ini menyatakan setiap seniman umumnya masih berkutat pada gaya dan karakteristik masing-masing. Oleh karenanya, karya-karya yang dihasilkan secara tematik cenderung bersifat acak. "Setiap karakter individu itu tampil dalam karya-karyanya, yang mengikatnya barangkali adalah kejenuhan dan caranya survive hingga akhirnya terbiasa," pungkasnya sembari berharap pameran tersebut dapat memantik ruang-ruang pameran di kemudian hari.

Pameran lukisan "So-So" rencananya akan digelar selama dua pekan ke depan. Adapun para perupa yang terlibat adalah I Made Wiradana, I Made Duatmika, I Made Arya Palguna, Ni Nyoman Sani, I Made Hantaguna, I Made Romi Sukadana, A.A. Ngurah Paramartha, Teguh Ritma Iman, I Made Dolar Astawa, I Gede Suanda Sayur, I Nyoman Gede Darmawan Kuek, I Kadek Susila Dwiyana, I Wayan Gede Santiyasa, I Gusti Ketut Adi Dewantara, Pande Arimbawa, I Gede Made Surya Darma, I Wayan Merta, Putu Eni Astiarini, dan Handy Saputra.

Selama dibuka, pameran akan digelar dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Untuk memperluas jangkauan, pameran juga ditampilkan secara daring melalui penerbitan e-katalog.

Bagikan
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Lihat semua artikel

Related Stories