Muncul Beragam Jenis Tari Rejang, Putri Koster Ingatkan Penari Perhatikan Pakem

Pabligbagan “Ngrajegang Tari Rejang” pada Rabu, 15 Maret 2023. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia.id - Manggala Utama Pasikian Paiketan Krama Istri Desa Adat (Pakis) Provinsi Bali, Putri Suastini Koster mengingatkan masyarakat Bali, khususnya para penari untuk tetap memperhatikan pakem tari rejang. Hal ini dinyatakannya mengingat munculnya beragam jenis tari rejang di masyarakat.

Ia berharap, tari rejang bisa ditarikan dalam posisi dan fungsi yang benar. Sebab, tari rejang pada hakikatnya adalah tari sakral.

“Akhir-akhir ini semakin banyak jenis tarian Rejang yang bermunculan, saya harap keberadaan tari-tarian tersebut sudah sesuai dengan pakem dan nilai-nilai kesakralan tarian Rejang,” katanya dalam Acara Pabligbagan yang dilaksanakan oleh RRI Denpasar Pro 4 bertema “Ngrajegang Tari Rejang” pada Rabu, 15 Maret 2023.

Baca Juga:

Ia mengatakan bahwa ruang kreativitas masyarakat Bali sangat tinggi, sehingga bisa menciptakan karya seni, baik tari wali, bebali maupun balih-balihan. “Hal itu tentu sangat baik, namun ia mengingatkan agar dalam penciptaan tari terutama untuk tari wali harus sesuai dengan pakem, nilai dan norma keagamaan yang dianut,” kata dia.

Dijelaskan, keberadaan tari rejang sesuai dengan desa, kala, patra, yang mana dimiliki oleh suatu desa adat. Maka, dimana tari rejang tersebut berasal hanya bisa ditarikan di desa tersebut, karena di sanalah tari tersebut dilahirkan dan disakralkan. 

Baca Juga:

Jika suatu desa tidak memiliki tari rejang, lanjutnya, maka pada suatu upacara wali jangan menarikan tarian rejang. “Atau desa tersebut bisa membuat tari rejang sendiri, sesuai dengan desa, kala, patra dan memang betul-betul dilakukan kajian terlebih dahulu, sehingga tarian tersebut memiliki filosofi yang kemudian disakralkan dengan upacara pasupati,” kata dia.

Putri Koster yang juga seorang seniman ini juga menyatakan apresiasi akan semangat masyarakat terutama para seniman dalam mengekspresikan rasa syukur dan cinta mereka kepada Hyang Widhi melalui penciptaan tari wali. “Saya harap melalui sosialisasi kali ini, masyarakat banyak yang ikut dan lebih memahami unteng penciptaan dan peruntukan tari rejang tersebut,” imbuhnya.

Baca Juga:

Sementara itu, Ketua Harian Majelis Kebudayaan Bali, I Komang Sudirga menyampaikan tari rejang sebagai sebuah tarian sakral untuk kelengkapan kegiatan ritual umat Hindu di Bali. “Tari ini ditampilkan secara berkelompok oleh wanita yang belum pernah mengalami datang bulan atau yang sudah menopause,” katanya.

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa tari tejang melambangkan penyambutan Sang Hyang Widhi Wasa dan para dewa yang turun ke alam duniawi. “Jadi, memang dikhususkan untuk tari wali yang ada waktu dan pakemnya,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories