Ekonomi & Pariwisata
Mengulik Perbedaan Gaya Belanja Milenial dan Gen Z
JAKARTA – Seiring masuknya generasi baru ke dunia kerja dan meningkatnya daya beli mereka, sebanyak 43% pemasar menyatakan bahwa pendekatan yang disesuaikan secara khusus untuk setiap generasi diperlukan guna efektif menjangkau generasi Z (gen Z).
Meskipun gen Z dan milenial sama-sama terbiasa dengan teknologi digital, terdapat perbedaan penting dalam cara mereka memanfaatkan teknologi dan daya beli yang memengaruhi pola belanja masing-masing.
Untuk membantu produsen lebih memahami cara generasi ini berbelanja, dilakukan survei 600 konsumen di seluruh Amerika Serikat (AS) untuk mengetahui cara mereka membuat keputusan pembelian melalui, baik melalui perangkat seluler dan secara langsung.
- 3 Dampak Ekonomi Usai Trump Menang Pilpres AS
- Menguak Alasan di Balik Fenomena Pengangguran di RI yang Didominasi Lulusan Vokasi
- Anak Usaha BRI Dominasi Pembukaan Rekening Efek Terbanyak di Investor Protection Month 2024
Delansir dari Attentive, berikut perbedaan perilaku belanja generasi milenial dan gen Z yang perlu kalian tahu. Yuk, simak!
Generasi Milenial Adalah Pembeli Impulsif
Sebuah survei terbaru menunjukkan, perilaku belanja impulsif semakin umum di berbagai generasi. 56% dari semua konsumen yang disurvei menyatakan bahwa mereka melakukan pembelian dalam waktu 24 jam setelah menemukan suatu barang saat berbelanja melalui ponsel.
Lebih lanjut, 74% di antaranya mengaku melakukan pembelian impulsif, baik secara teratur ataupun sesekali. Menariknya, kebiasaan ini tidak hanya pada generasi muda, diikuti oleh Gen X (69%), Gen Z (63%), dan baby boomer (53%) juga tercatat sebagai pelaku pembelian impulsif.
Meski frekuensinya berbeda, data tersebut menunjukkan belanja impulsif telah menjadi tren yang melintasi berbagai generasi. Khususnya, milenial menunjukkan kecenderungan yang hampir setara untuk melakukan pembelian impulsif, baik melalui ponsel (48%) maupun di toko fisik (49%). Namun, persentase ini jauh lebih rendah ketika mereka berbelanja melalui komputer, yaitu hanya 3%.
Keberhasilan dalam mendorong pembelian impulsif bergantung pada upaya menjangkau konsumen dengan barang yang tepat pada waktu yang tepat, baik saat mereka sedang menelusuri lorong toko atau menggulir ponsel mereka, teknologi AI prediktif sekarang membantu pengusaha untuk memicu keputusan pembelian konsumen secara real-time dengan cara yang lebih efektif.
Generasi Z Suka Melakukan Riset Sebelum Beli
Gen Z yang baru memulai karier cenderung lebih hati-hati dalam berbelanja dibandingkan dengan generasi milenial. Data menunjukkan, hampir setengah gen Z 47% mengatakan mereka lebih suka menunda pembelian setidaknya beberapa hari, dibandingkan dengan 41% generasi milenial.
Ternyata, hal ini menunjukkan gen Z adalah pembelanja yang lebih bijaksana, lebih teliti dalam merencanakan pengeluaran dan melakukan riset sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk.
Kecenderungan itu masuk akal. Pembeli gen Z baru saja memasuki dunia kerja dan belum melakukan banyak pembelian besar dan lebih nyaman dengan pengeluaran kecil, terutama untuk pembelian online.
- Mengungkap Keuntungan dan Resiko Bila Indonesia Bergabung BRICS
- Petani Sukabumi Kini Alih Profesi Jadi Konten Kreator, Benarkah Program Pemerintah Gagal?
- Cara Mudah Merekam Panggilan Telepon Langsung di iPhone Anda
Gen Z cenderung mengeluarkan uang antara US$20 dan US$50 dolar (Rp312 ribu-Rp782 ribu), dibandingkan dengan rekan-rekan mereka (generasi milenial) yang lebih mapan, dengan kisaran pengeluaran yang lebih tinggi, yakni US$50 hingga US$100 (Rp782 ribu-Rp1.563.000).
Jika menargetkan gen Z, utamakan produk yang berada di kisaran harga yang sesuai bagi mereka selama kampanye pemasaran. Selain itu, penggunaan pesan teks yang fokus dan informatif dapat meningkatkan konversi di kalangan gen Z. Pesan teks ini bisa mencakup informasi tambahan tentang produk yang direkomendasikan, termasuk ulasan positif dan konten dari pengguna lain.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 03 Nov 2024