Menguak Dampak Adanya Tilly Norwood: Akankah Artis AI Gantikan Manusia di Hollywood?

Menguak Dampak Adanya Tilly Norwood: Akankah Artis AI Gantikan Manusia di Hollywood? (assets.bizclikmedia.net)

JAKARTA – Para penggemar film kerap terpesona oleh romantisasi sosok aktor berbakat luar biasa yang hanya lahir sekali dalam beberapa generasi. Namun, bagaimana jika kini Hollywood tak perlu lagi menunggu puluhan tahun untuk menemukan bintang baru?

Pertanyaan ini tengah hangat dibahas di kalangan eksekutif Hollywood setelah kemunculan Tilly Norwood, artis hasil pengembangan kecerdasan buatan (AI) dari Xicoia, agensi bakat asal London yang dikenal dengan inovasi mereka menciptakan “seniman digital.”

Menurut Technology Magazine, pencipta Norwood menggambarkan sosoknya sebagai penerus Scarlett Johansson, usai debut perdananya di Zurich Film Festival, tempat cuplikan penampilannya untuk pertama kali dipamerkan ke publik.

Setelah itu, muncul kabar bahwa sejumlah agensi bakat mulai melakukan negosiasi dengan Xicoia terkait kerja sama untuk mewakili Tilly Norwood.

Tak lama berselang, banyak aktor dan asosiasi profesional menyuarakan penolakannya terhadap inisiatif perusahaan rintisan tersebut. Mereka menilai kehadiran artis AI menimbulkan ancaman serius bagi talenta manusia dan dunia perfilman itu sendiri.

Terlepas dari apakah langkah Xicoia ini hanyalah strategi promosi atau upaya tulus untuk merevolusi industri, perusahaan film kini mulai memikirkan dampak yang mungkin ditimbulkan teknologi ini terhadap produksi mereka di masa mendatang.

Kekhawatiran dari Serikat Pekerja

SAG-AFTRA, serikat pekerja artis Amerika, segera mengeluarkan pernyataan yang mengecam pengembangan Tilly Norwood setelah penampilannya di Zurich, sekaligus menyoroti berbagai aspek hukum dan moral yang terlibat.

“Untuk memperjelas, Tilly Norwood bukanlah seorang artis, ia adalah karakter yang dihasilkan oleh program komputer yang dilatih menggunakan karya dari banyak aktor profesional, tanpa izin maupun kompensasi,” ujar pernyataan resmi serikat tersebut.

Mereka juga menambahkan, teknologi ini tidak menyelesaikan masalah apa pun, justru menciptakan masalah baru dengan menggunakan hasil karya yang dicuri untuk menyingkirkan artis dari pekerjaannya, mengancam mata pencaharian mereka, serta merendahkan nilai seni dan kreativitas manusia.

Data yang digunakan untuk melatih sistem AI berasal dari karya para seniman asli, biasanya tanpa sepengetahuan mereka maupun imbalan finansial apa pun.

Kemurkaan Para Bintang Besar Hollywood

Baru-baru ini, aktris Emily Blunt mengungkapkan keprihatinannya terhadap perkembangan tersebut. “Ya Tuhan, kita benar-benar dalam masalah,” ujarnya dalam podcast Variety.

“Itu sungguh menakutkan. Ayolah agensi, jangan lakukan itu. Tolong berhenti. Jangan hilangkan koneksi manusia yang kita milik,” imbuh dia. Aktris Mara Wilson mempertanyakan logika di balik pembuatan komposit AI ketika aktor sungguhan sebenarnya sudah ada.

“Lalu bagaimana dengan ratusan perempuan muda yang wajahnya digabungkan untuk menciptakan sosok itu? Tidak bisakah kalian mempekerjakan salah satu dari mereka?” ujarnya.

Natasha Lyonne juga mengkritik hal itu. “Setiap agensi bakat yang terlibat dalam praktik ini seharusnya diboikot oleh semua serikat pekerja,” tegasnya. “Ini tindakan yang sangat keliru dan benar-benar mengganggu. Bukan jalan yang benar. Bukan arah yang seharusnya. Bukan tujuan penggunaan teknologi itu,” sambungnya.

Sebuah Aksi yang Disamarkan sebagai Karier

Sekilas, Tilly Norwood tampak seperti aktris muda pada umumnya yang tengah berjuang menembus kerasnya industri hiburan. Ia memiliki penampilan menarik, kharisma, dan bahkan citra awal yang cocok untuk seorang bintang yang sedang naik daun.

Namun, kenyataannya Tilly Norwood tidak benar-benar ada. Ia adalah ciptaan Eline Van der Velden, pendiri sekaligus CEO perusahaan produksi berbasis AI, Particle6, dan studio bakat barunya, Xicoia. 

Minggu lalu, dalam ajang Zurich Film Festival, Van der Velden mengungkapkan bahwa beberapa agensi bakat Hollywood telah menunjukkan minat untuk mewakili Tilly. Ia tidak menyebutkan nama-nama spesifik, tetapi isyarat tersebut saja sudah cukup untuk membuat media hiburan heboh.

Dilansir dari Techloy, sejauh ini, peran terbesar Tilly Norwood ada dalam film pendek berjudul AI Commissioner, sebuah satir produksi Particle6 yang menyindir proses pembuatan acara televisi.

Namun, Eline Van der Velden membicarakannya dengan antusiasme layaknya seorang aktris pendatang baru yang tengah bersinar. Ini adalah strategi khas dunia startup, menggencarkan hype, membanjiri narasi, dan membuat publik lupa bahwa teknologinya sendiri masih jauh dari sempurna.

Menyebut Tilly Norwood sebagai seorang aktris sebenarnya menyesatkan. Ia tidak bisa berpikir, mengambil keputusan, atau menafsirkan naskah. Ia hanyalah avatar digital yang digerakkan oleh model AI yang dilatih menggunakan data manusia sungguhan, wajah dan karya mereka jarang diakui.

Menganggap hal itu sebagai karier nyata bukan sekadar membelokkan fakta, tapi juga mengubah cara pandang publik sehingga sesuatu yang mustahil terasa seolah tak terelakkan.

Dan inilah tujuan sebenarnya di balik semua ini. Peluncuran Tilly Norwood bukan sekadar tentang satu aktor fiktif, melainkan tentang upaya menormalkan keberadaan talenta AI sebagai bentuk pekerjaan yang sah.

Saat ini, ia mungkin hanya terlihat sebagai gimmick festival film yang unik. Namun besok, bisa saja menjadi alat tawar dalam negosiasi kontrak atau strategi penghematan biaya bagi studio.

Hollywood sudah pernah melihat pola semacam ini. Layanan streaming dulu dianggap sekadar eksperimen sebelum akhirnya menjadi standar.

Teknologi de-aging awalnya dipandang sebagai trik baru sebelum berubah menjadi efek rutin. Jika kisah seperti Tilly terus mendapat perhatian, bahkan secara ironis gagasan tentang artis AI yang benar-benar menjadi bagian dari Hollywood mungkin tak akan lagi terdengar mustahil.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 08 Oct 2025 

Editor: Redaksi

Related Stories